Ibu, Aku Ingin Seperti Mereka !

Posted by Unknown on 6:39 PM with No comments
      Tak ada yang tak berarti di dunia ini, tak ada yang tak berguna di dunia ini. Apa yang ada dipikiran anda ketika anda sadar bahwa anda beda dari orang-orang pada umumnya ? Mungkinkah anda mulai berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil ? Atau mungkin anda masih yakin akan kalimat "Tak ada yang tak berarti di dunia ini, tak ada yang tak berguna di dunia ini" ? . Itu semua hal lazim untuk orang yang ada pada posisi tersebut, berpikir positif maupun negatif rasanya tak menjadi konflik untuk diperdebatkan lagi oleh orang yang ada pada posisi tersebut. Diaaa,,,,,
Dia yang ada pada kondisi berbeda dari orang-orang pada umumnya akan cenderung berpikir ke arah negatif, merasa tak berguna... merasa tak mampu.. atau bahkan merasa tak layak hidup... Yeah why not ?
      
    Pikiran-pikiran seperti itulah yang terus bergejolak dikepala Dio, berputar dan berotasi dipikirannya tanpa ada kata
"bosan" yang terlahir untuk menghentikan pikiran tersebut. Mari kita lihat sisi kehidupan Dio yang sebenarnya !. Dio,,, Bocah berusia 10 tahun ini ada pada kondisi tersebut, dia terlahir dengan keadaan kaki yang tidak normal, kaki kanannya hanya ada setengah daripada kaki orang-orang pada umumnya. Kondisi ini menyebabkan dia terpaksa menerima bantuan tongkat penyanggah kakinya. Duduk diam dikursi besi panjang taman disebelah lapangan tempat anank-anak seusianya bermain bola. Yaa... hanya diam, termenung melihat pemandangan asyiknya anak-anak yang sedang main bola. Mirisnyaa...jika kita teliti lebih jauh lagi, maka akan kita dapatkan butiran bening nan jernih itu terlahir disudut mata Dio, pelan tapi pasti butiran itu terjatuh berguguran dari matanya sampai menimbulkan lintasan panjang dipipinya. Kuat memang hatinya ingin menolak air mata itu jatuh, semakin dia menahan air mata itu agar tidak keluar maka semakin kuat dorongan itu melahirkan air mata baru. Air mata itu lahir dengan sendirinya mengikuti kesedihan mendalam Dio yang melihat permainan bola sementara dia hanya bisa diam menonton dari sisi keterpurukkan yang semakin mencuat oleh hasrat hati ingin bisa ikut bermain dengan yang lainnya.

      Kesedihannya menghiraukan segalanya, matanya hanya pokus pada permainan bola dan pikirannya hanya terpusat pada kakinya. Hingga lamunannya terhenti selaras dengan gerakan tangan menghapus air mata karena mendengar suara memanggilnya

  "Dio, Dio ngapain disini.. Ibu cari kemana-mana ternyata ada disini?"
  "Emmh.. Dio hanya cari angin Bu.."

       Ibunya mrnyadari bahwa Dio Habis menangis, wajah Dio tidak bisa menutupi kesedihannya, Ibunya melihat apa yang dari tadi Dio lihat, yaa... permainan bola.. saat itu terlihat olehnya dia hanya bisa tertunduk diam sambil membuang rasa sedih dan menghaous air mata agar tidak dilihat Dio. Namun Dio menyadari hal itu.

  "Ibu tidak bisa bohong Bu" Dio mulai bicara.
  "Dio apa maksudmu ?" Ibunya masih berusaha menahan air mata.
  "Ibu, Kenapa Dio begini ?, Kenapa kaki Dio harus Beda dari yang lainnya? " Ia bertanya sambil merintih sedih.
Ibunya hanya bisa diam mengikuti kesedihan hati putranya..
  "Apa maksud Tuhan pada Dio Bu? Apa mungkin Tuhan itu tidak adil? Tuhan tidak adil sama Dio Bu" tangis Dio tak tertahan lagi.
Ibunya langsung memeluk Dio dengan eratnya...
 "Dio, Dio tidak boleh bicara seperti itu, Tuhan pasti Adil, Tuhan punya maksud akan setiap ketentuan dan ketetapannya Dio"
  "Tapi kenapa harus Dio Bu, Dio ingin berlari, Dio ingin main bola Bu.." Tangisnya meninmbulkan keheranan sekitar, semua orang melihat ke arah Dio dan Ibunya.
  "Ibu tau Dio, Ibu yakin Dio bisa lebih baik daripada mereka, Tuhan punya cara yang lain untuk Dio bahagia, Dio tidak perlu berlari untuk merasakan kesenangan, Dio tidak perlu bermain bola untuk merasa bahagia, Dio tidak....." kata-kata ibunya terhenti karena tangisan dan semakin ertanya pelukan diaantara anak dan ibu itu.
  "Tapi Dio lemah Bu, Dio lemah tanpa kaki, Dio mati tanpa kaki Bu, Tanpa kaki Dio tidak bisa ngapa-ngapain, bahkan untuk membantu Ibu pun dio tidak bisa, Dio cuma bisa merepotkan Bu...Dio butuh teman Bu.."
  "Dio, percaya sama Ibu, Dio bisa dapatkan apa yang Dio mau, Dio tidak butuh mereka, mereka yang selalu menganggap Dio tidak bisa apa-apa, Dio sudah punya segalanya, bagi Ibu Dio bisa melakukan apapun, Dio tidak perlu sedih karena Dio punya Ibu disini.. sekarang ayo ikut Ibu pulang, kita main bola !"
Tanpa berbicara lagi Dio langsung mengikuti kata-kata Ibunya..

       Sejak saat itu, Dio berjanji tidak akan membuat sedih Ibunya lagi, tidak akan menanyakan tentang kesedihannya lagi. Semua ucapan Ibunya telah mengubah seluruh paradigma lamanya akan hidup seperti orang lain. Dio menyakini apa yang diyakini oleh Ibunya..Ya! Sebuah keyakinan Akan Tuhan yang mempunyai tujuan atas penciptaan kebahagiaan untuk dia, Tuhan yang mempunyai cara untuk membuatnya bahagia tanpa harus punya kaki dan tanpa harus bermain bola tentunya.

        Atas lukisan cerita dan pengalaman Ibu dan Ayahnya (Alm), Dio menemukan dunia barunya, Ya! Dunia Pena.... Sebuah dunia yang tidak membutuhkan kaki untuk para penghuninya. Di dunia ini dia bisa menyampaikan keluh kesah dan ucapan terima kasih serta rasa syukurnya kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan padanya dan yang paling penting adalah karena Tuhan telah menitipkan Dio pada sosok Ibu yang sangat luar biasa. Semuanya bisa dia ungkapkan lewat "goresan tinta pena" pada secarik kertas yang putih, seputih dan sebersih ketulusan kasih sayang Ibunya. 

        Sempat terpikir olehnya "Tuhan, bagaimana jika aku terlahir tanpa tangan dan kaki? tentu aku tak bisa menulis? ",  Namun pikiran itu hilang sudah tertutupi akan memori kata-kata Ibunya.

  "Tuhan pasti punya cara untuk membuat Dio bahagia", senyum kecil terlahir dibibir dan pipihnya.

  "Terima kasih Ibu, kesedihanku terbayar tuntas karena kasih sayangmu, semua orang di dunia inipun tak munkin mampu menggantikanmu'

  "Aku Cinta Ibu Karena ALLAH"  :)
Categories: ,