KERUSAKAN HAMA & PENYAKIT TANAMAN CABAI

Posted by Unknown on 7:14 AM with No comments


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
KERUSAKAN HAMA & PENYAKIT TANAMAN CABAI
(Capsicum annum L)

Oleh:
SARDIANTO
05121007125


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
                Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, holtikultura, peternakan dan perikanan. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor - sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Dalam pertanian, budidaya tanaman merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya. Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Usaha budi daya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budi daya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (bahasa Belanda: akkerbouw). Termasuk dalam "tanaman" di sini adalah gulma laut serta sejumlah fungi penghasil jamur pangan.
Pertanian yang merupakan salah satu sasaran sektor pembangunan perekonomian Indonesia yang belum bisa sepenuhnya membantu pemerintah. Salah satu yang menjadi faktor tersebut adalah gagalnya masa panen para petani. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah serangan hama dan penyakit pada tanaman. Kejadian penyakit dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman. (Khotimah, 2007).
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria dan contoh lainnya. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Seperti halnya tanaman budidaya yang lain pengusaha tanaman cabai yang intensif dan meliputi areal yang luas ini telah menimbulkan perkembangan beberapa jenis hama, sehingga mengakibatkan masalah yang cukup meresahkan. Hama dan penyakit merupakan pembatas produksi utama. Hama - hama yang penting pada tanaman cabai antara lain Apis (Aphis gossypii Sulz) ( Homoptera, Aphididae ), Thrips (Thrips parvispinus Karny ) (Thysanoptera, Thrips) dan lalat buah cabai ( Dacus dorsalis Hend ) (Diptera, Tephritidae). Penyakit yang penting pada tanaman cabai antara lain adalah penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici ) dan penyakit bercak daun ( Cercospora capsici ) (Semangun, 1989).
Penyakit tumbuhan adalah suatu pertumbuhan yang abnormal atau penyimpangan tumbh baik pada bagan tertentu tumbuhan mauoun seluruh bagian yang disebabkan oleh gangguan biotok (makhluk hidup) atau abiotik (bukan makhluk hidup) dan berakibat ilai ekonomisnya menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sementara itu gejala penyakit adalah kelainan atau penyimpanagan keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan dapat dilihat oleh mata telanjang. (Natawigena,1993).
Penyakit pada tumbuhan, intensitas penyakitnya dapat dihitung dengan cara menghitung seberapa besar terjadinya kerusakan serangan hama ataupun penyakit yang disebabkan oleh adanya patogen yang menularkan penyakit infeksius dan non-infeksius. Konsep yang digunakan dengan melihat gejala penyakitnya yang dapat terlihat oleh mata  atau dengan melihat gejala morfologinya. Pada praktikum kali ini akan menghitung seberapa besar intensitas penyakit yang menyerang tanaman cabai (Capsicum annum L) dengan menghitung tingkat atau persentase terjadinya kerusakan hama dan penyakit pada bagian daun cabai (Capsicum annum L) yang telah ditanam selama 1-3 bulan.
Selama penghitungan tanaman sakit yang berada di lapangan yang perlu diperhatikan yaitu dalam penghitungan tanaman yang sakit dalam menggambarkan tingkat keparahan panyakit yang berbeda pada tiap bagian tanaman berbeda. Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit tanaman disebut intensitas penyakit. Berbeda pada hama tanaman gejala kerusakan merupakan satu-satunya sarana yang dapat dipergunakan  untuk menentukan intensitas penyakit.
Penanaman cabai di lahan yang belum dimanfaatkan ( lahan subur ) merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Masalah – masalah dengan kesehatan tanaman menyebabkan penggunaan pestisida sangat intensif pada daerah produksi cabai. Penggunaan pestisida kadang- kadang sangat tinggi. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan pestisida dapat menyebabkan masalah ekologi yang rawan. Keadaan ini mengakibatkan : Pencemaran tanah dan air, adanya resiko tinggi keracunan residu pestisida yang tinggi pada produk – produk yang dipasarkan dan biaya produksi tinggi.
Di dalam usaha mengembangkan usaha tani yang berwawasan lingkungan, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang pada dasarnya adalah : Pertama menanam tanaman sehat sesuai dengan agroekosistemnya sejak dari pemilihan benih/ bibit yang sehat, secara persemaian, cara tanam sampai pemupukannya, sehingga dengan demikian populasi hama tetap di bawah ambang kendali. Konsep kedua adalah pemanfaatan musuh alami. Ketiga adalah konsep ambang kendali dimana baru akan digunakan apabila populasi hama telah mencapai atau melampaui ambang kendali.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk  mengidentifikasi hama dan penyakit apa yang menyerang tanaman di lapangan serta melakukan penilaian tingkat kerusakan mutlak dan tingkat kerusakan bervariasi dari suatu tanaman yang terserang oleh patogen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Cabai (Capsicum annum L)
1. Sistematika Tanaman
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Solanales
Famili              : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus              : Capsicum
Spesies            : Capsicum annum L.

2. Botani Tanaman
Cabai atau lombok (bahasa Jawa) adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Salah satu tanaman cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman cabai merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional.
Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan vitamin dalam cabe adalah A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-rempah bumbu dapur (Sun et al,2000). melaporkan cabai merah mengandung anti oksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas yaitu suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau kekeurangan elektron, sehingga elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari sel-sel tubuh kita yang lainnya. Kandungan terbesar anti oksidan dalam cabai terdapat pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker.
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya.  Di Malaysia dan Singapura dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper.
Tanaman cabai ( Capsicum annum L. ) merupakan tanaman semak yang tergolong sebagai tanaman tahunan, tetapi umumnya diusahakan sebagai tanaman setahun baik di daerah – daerah beriklim sedang maupun di daerah tropis. Tanaman cabai berasal dari daerah tropis Amerika Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman rempah – rempah yang mempunyai nilai ekspor tinggi. Cabai dikenal di seluruh dunia dan digunakan secara meluas dibanyak negara karena peranannya yang penting didalam masakan. Disamping itu tanaman cabai (Capsicum spp) merupakan tanaman sayuran utama yang ditanam secara meluas di negara – negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan negara Asia lainnya seperti India, Kore dan Cina. Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Komoditas cabai mengandung senyawa-senyawa serta gizi yang sangat berguna bagi tubuh. Kandungan senyawa cabai meliputi : kapsaikin, flavenoid, kapsisidin, kapsikol, dan minyak esensial.

3. Syarat Tumbuh
a.       Iklim
Tanaman cabai lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab sampai agak lembab, daerah yang memiliki tipe iklim ABACD, BABC, CABC, DABC. Tanaman cabai tidak senang terhadap curah hujan lebat, tetapi pada stadia tertentu perlu banyak air. Di daerah yang iklimnya sangat basah tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam (Antraknosa). Oleh karena itu tanaman cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau. Pada musim hujan tanaman juga mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit, dan banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan mudah sekali gugur karena tekanan air hujan yang lebat. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 600 – 1200 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian apabila pada waktu berbunga tanaman cabai kekuranga air, maka banyak bunganya yang akan gugur tidak mampu menjadi buah. Pada umumnya tanaman cabai lebih senang ditanaman di daerah yang terbuka.

b.      Tanah
Tanah yang subur dan banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan memiliki drainase baik sangat cocok untuk budidaya tanaman cabai merah. Tanaman cabai sebenarnya dapat tumbuh disegala macam tipe tanah, dan ketinggian tempat. Tanaman cabai merah akan tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1300 m dpl. Bahkan pada ketinggian 1500 m dpl pun tanaman cabai merah masih mampu tumbuh dan berbuah baik. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah menyebabkan tanaman cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu dan keguguran pada daun dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai berkisar antara 51/2 – 61/2. Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5 hanya saja buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya kerdil.


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum Penilaian Kerusakan Penyakit pada Tanaman ini dilakukan di Lahan Pertanian Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Jurusan Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Praktikum Penilaian Kerusakan Penyakit pada Tanaman ini dilakukan pada hari Senin, 25 November 2013, dengan waktu pengamatan mulai dari  Senin, 16 September 2013 - Senin, 25 November 2013.

B. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Penilaian Kerusakan Penyakit Tanaman ini antara lain : 1) Cangkul, 2) Parang, 3) Sprayer, 4) Nametag, dan 5) Batangan kayu.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Penilaian Kerusakan Penyakit Tanaman ini antara lain: 1) Benih Cabai (Capsicum annum L), 2) Air dan 3) Lahan pembudidayaan.

C. Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini antara lain :
1.      Mempersiapkan media penanaman, Lahan untuk penanaman harus disiapkan dan diolah terlebih dahulu, lalu dibentuk bedengan. Bedengan dibuat dengan lebar antara 1,2 hingga 1,4 meter dan panjang sesuai lahan. Di antara bedengan yang satu dengan yang lain, haruslah dibuatkan parit yang berfungsi sebagai sarana pembuangan air saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena tanaman ini tidak tahan dengan genangan air.
2.      Buatlah lubang tanam pada bedengan sesuai dengan jumlah benih yang akan ditanam, dengan masing-masing mahasiswa memperoleh 10 tanaman.
3.      Benih direndam terlebih dahulu sebelum ditanam pada media tumbuh yang telah disiapkan. Perendaman dilakukan untuk melunakan benih agar mempermudah dalam berkecambah. Selain itu juga untuk menentukan benih mana yang bagus. Benih yang bagus akan tenggelam sedang yang jelek akan mengapung.
4.      Tanamlah benih timun yang telah direndam pada media yang disiapkan. Usahankan dalam menanam benih jangan terlalu dalam  karena akan menghambat proses perkecambahan.
5.      Lakukanlah pemeliharaan. Pemeliharaan pada tanaman timun  ini harus dilakukan secara teratur. Penyiangan gulma sangat penting dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan. Penyiraman tanaman dilakukan secara rutin dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu kekeringan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu :
Tanaman
Kerusakan mutlak
Kerusakan bervariasi
1
Diketahui  :
 n = 3
N = 13
Ditanya     : P
Jawab            :
P = x 100%
   = (3/12) x 100%
= 25 %
Diketahui  : v=
0 =10
1= 3
2=0
3=0
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =  x 100%
={1.3}
      /(1.13) x100%
   = 23%
2
Diketahui  :
 n = 1
N = 8
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (1/8) x 100%
= 12.5 %
Diketahui  : v=
0=7
1=0
2=1
3=0
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
={2.1}
      /(2.8) x100%
   = 12.5%
3
Diketahui  :
 n = 3
N = 11
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (3/11) x 100%
   = 27,3 %
Diketahui  : v=
0=9
1=1
2=0
3=2
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
   =1+6
      /(3.11) x100%
=21.2%
4
Diketahui  :
 n = 2
N = 9
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (2/9) x 100%
= 22,22 %

Diketahui  : v=
0=7
1=0
2=1
3=1
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=2+3
      /(3.9) x100%
= 27,8%

5
Diketahui  :
 n = 4
N = 15
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (4/15) x 100%
     = 26,7%

Diketahui  : v=
0=11
1=1
2=0
3=2
4=1
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=4+6
      /(4.15) x100%
= 16,7%



6
Diketahui  :
 n = 12
N = 17
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = 12/17) x 100%
   = 70,6 %
 Diketahui  : v =                 
0 =5
1=4
2=4
3=1
4=3
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=(4+8+3+12)
      /(4.17) x100%
      = 39,7%
7
Diketahui  :
 n = 2
N = 13
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (2/13) x 100%
     = 15,4 %
Diketahui  :
0=11
1=1
2=0
3=1
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=(1+3)
      /(3.13) x100%
      = 10,2 %
8
Diketahui  :
 n = 5
N = 16
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (5/16) x 100%
     = 31,3%
Diketahui  :
0=11
1=1
2=1
3=2
4=1
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=(1+2+6+4)
      /(4.16) x100%
   = 20,3 %
9
Tanaman Mati…

10
Diketahui  :
 n = 7
N = 9
Ditanya     : P
Jawab            :
P =  x 100%
   = (7/9) x 100%
     = 77,8 %
Diketahui  : v=
0=2
1=3
2=3
3=1
4=0
Ditanya     : I
Jawab  :
I =   x 100%
=(3+6+3)
      /(3.9) x100%
= 66,7 %









B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapat hasil seperti yang tertera diatas.Pengamatan ini dilakukan 100 HST. Pengamatan pada praktikum ini dlakukan dengan bertujuan untuk mengetahui seberapa parah kerusakan penyakit yang disebabkan oleh pathogen yang terdapat pada tanaman cabai (Capsicum annum L). Pengamatan yang dilakukan pada daun.
Setelah dilakukannya pengamatan ternyata rata-rata tanaman cabai (Capsicum annum L) terserang hama semua. Secara keseluruhan semua terserang patogen baik hama yang bertipe alat mulut mandibulata maupun haustelata. Selain hama tanaman cabai (Capsicum annum L) juga terserang penyakit tanaman. Hama yang menyerang tanaman timun cabai (Capsicum annum L) diantaranya ordo (Hemiptera:Aphididae), (Tysanoptera:Tripidae), (Diptera:Agromyzidae) dan (Lepidoptera: Pyralidae). Pada daun yang terserang Aulocophora similis oliver hama ini merusak dan memakan daging daun, sehingga menimbulkan gejala bolong-bolong dan jika serangan cukup berat maka semua jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya.
Sedangkan daun yang terkena penyakit bercak daun bersudut penyebabnya cendawan Pseudomonas Lachrynmans, Menyebar pada musim hujan. Gejalanya, berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut,  pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Hal ini menyebabkan kerusakan yang ditimbulkan semakin parah pada bagian daun timun.
Pada tanaman cabai (Capsicum annum L) tidak hanya hama yang menyebabkan kerusakan  tetapi penyakit tanaman juga berperan dalam kerusakan tanaman. Penyakit pada tanaman cabai (Capsicum annum L) ini berupa gejala nekrotik dan hipoplastis. Gejala nekrotik berupa matinya sel ditandai dengan timbulnya bercak-bercak pada daun, daun seperti terbakar, dan juga layu pada daun dan batang. Gejala hipoplastis gejala hipoplastis yaitu tanaman yang menjadi kerdil.
Persentase kerusakan tanaman cabai (Capsicum annum L) ini cukup signifikan pada setiap tanaman. Pada kerusakan mutlak memiliki rata-rata 77,86 %. Sedangkan untuk kerusakan bervariasi memiliki rata-rata 52,6 %  pada setiap tanamannya. Jadi untuk tanaman cabai (Capsicum annum L) ini memiliki kerusakan hampir menyeluruh. Daun yang tidak terserang penyakit hanya beberapa saja sekitar 2 atau 3 helai daun pada setiap tanaman. Jika dalam pembudidayaan tanaman cabai (Capsicum annum L)   ini tidak segera di lakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman maka dalam waktu yang cepat tanaman ini akan segera layu atau bahkan mati.
Hal-hal seebelum  penanaman  juga perlu diperhatikan seprti dalam pembuatan bedeng dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel  tanah (tekstur dan stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya (drainase dan aerasi). Selain tempat untuk bersirkulasi, pori-pori tanah olahan akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur.
Hambatan paling besar menanam cabai biasanya datang dari keberadaan hama dan penyakit yang seringkali membuat tanaman rusak pada bagian tertentu yang bisa menyebabkan gagal produksi. Cukup banyak jenis penyakit yang menyerang tanaman cabai ini dari fase benih sampai panen. Namun hanya beberapa yang utama dan paling merusak. Berikut adalah pembahasan mengenai penyakit utama pada tanaman cabai yang diamati. Sebagai budidaya, tentu saja pengembangan tanaman cabai tidak bisa terlepas dari pengendalian penyakit.
Meskipun komoditas ini sangat menjanjikan, namun tidak sedikit dari para petani yang mengeluh akibat kehadiran pengganggu keberhasilan budidayanya. Kerugian yang diakibatkan penyakit telah membuat tidak sedikit para petani yang bangkrut dan tidak mau membudidayakan tanaman cabai lagi.
Pada tanaman 1, kerusakan bervariasi adalah 25% dan kerusakan mutlak sebesar 23%, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang sangat membahayakan tanaman tersebut.. Pada tanaman 2, kerusakan bervariasi adalah 12,5% dan kerusakan mutlak sebesar 12,5%, kerusakan bervariasi dan juga mutlak berada dibawah 50%, hal ini menunjukkan serangan penyakit tanaman belum begitu berbahaya. Pada tanaman 3, kerusakan bervariasi adalah 27,3% dan kerusakan mutlak sebesar 21,2%, kerusakan bervariasi dan juga mutlak berada dibawah 50%, hal ini menunjukkan serangan penyakit tanaman belum begitu berbahaya. Pada tanaman 4, kerusakan bervariasi adalah 22,22% dan kerusakan mutlak sebesar 27,8%, hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai tersebut tidak mengalami kerusakan yang berarti.
Berikutnya, pada tanaman 5, kerusakan bervariasi adalah 26,7% dan kerusakan mutlak sebesar 16,7%, kerusakan bervariasi dan juga mutlak berada dibawah 50%, hal ini menunjukkan serangan penyakit tanaman belum begitu berbahaya. Pada tanaman 6, kerusakan bervariasi adalah 70,7% dan kerusakan mutlak sebesar 39,7%, hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai tersebut aman dari serangan penyakit tanaman. Pada tanaman 7, kerusakan bervariasi adalah 15,4% dan kerusakan mutlak sebesar 10,2%, hal ini menunjukkan bahwa tanaman telah mengalami kerusakan yang telah melewati ambang batas serangan hama sehingga tanaman tersebut butuh pengendalian yang lebih baik.
Pada tanaman 8, kerusakan bervariasi adalah 30,3% dan kerusakan mutlak sebesar 20,3 hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai tersebut aman dari serangan penyakit tanaman. Pada tanaman 9, tanaman mati sehingga kerusakannya tidak diketahui. Pada tanaman 10, kerusakan bervariasi adalah 77% dan kerusakan mutlak sebesar 67%, hal ini menunjukkan serangan penyakit tanaman belum begitu berbahaya.
Kerusakan – kerusakan diatas terjadi karena serangan dari hama penyakit – penyakit tanaman, yaitu:

1)      Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama thrips tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.

2)        Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau bersifat parasit yang merusak daun, batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun akan menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.

3)        Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.

4)        Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.


5)        Virus Kuning (gemini virus)
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.

6)        Penyakit Antraknosa ( Colletotrichum capsici ) Sydow
Butler dan Bisby ( Fungi Imperfecti, Melanconiales ). Penyakit yang sering disebut pengakit kering buah ini, disebabkan oleh jenis jamur yang disebut Colletotricum piperatum atau C. Gloesporioides. Antrak ini sebetulnya tidak hanya menyerang buah cabai saja, tetapi juga menyerang bagian tanaman lain. Bagian yang diserang biasanya menunjukkan bercak mirip ” patek ” sehingga petani mempopulerkannya sebagai penyakit patek. Tanda – tanda serangan penyakit Antranosa pada tanaman cabai : Jika menyerang buah, baik buah muda maupun buah tua atau masak akan menimbulkan bercak – bercak pada buah, dan bercak ini kian lama akan kian melebar. Pada akhirnya seluruh buah akan dipenuhi bercak dan lama – lama buah akan mengerut, mengeriting, warna buah berubah menjadi kehitaman dan membusuk. Seterusnya buah akan rontok sendiri dan keadaannya sangat memprihatinkan. Jika bercak pada buah itu diperhatikan, ternyata dibagian tengah bercak itu terlihat semacam jamur berwarna jingga atau kemerahan.
Jika menyerang bagian daun tanaman, biasanya dimulai dari bagian ujung atau pucuk tanaman. Sebagaimana pada buah, serangan awal hanya timbul bercak saja, lama – lama akan melebar ke bawah dan akhirnya meliputi seluruh bagian tanaman yang lain. Jika sudah sampai tahap ini, mula – mula bagian tanaman yang diserang lebih awal akan mati dulu, kemudian disusul oleh bagian yang lainnya. Akhirnya seluruh tanaman akan mati dengan sendirinya.
7)      Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu merupakan penyakit kedua yang sangat meresahkan petani setelah antraknosa. Penyebab layu bakteri ini adalah Pseudomonas solasearum yang serangannya ditandai dengan gejala layu pada tanaman cabai yang mengalami kesembuhan pada waktu sore hari, tetapi lama kelamaan kelayuannnya terjadi secara keseluruhan dan menetap.bakteri ini biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa – sisa tanaman, pengairan, nematoda, atau alat pertanian. Selain itu bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas terutama di tanah dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak diantisipasi.
Tanaman yang sehat tiba – tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari besoknya langsung mati. Itulah gambaran serangan penyakit layu yang sangat menakutkan. Untuk memastikan penyebab layu tersebut kita bisa mengambil tanaman yang terserang, kemudian pangkal batangnya dibelah untuk direndam pada gelas yang di isi air bening. Apabila bakteri maka akan ditandai dengan keluarnya cairan berwarna cokelat susu berlendir semacam asap yang keluar pembuluh batangnya di dalam air.









V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1.      Pengendalian penyakit tanaman cabai dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, pemilihan bibit/ benih yang unggul serta dapat juga dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan zat – zat kimia.
2.      Suhu udara yang cocok pada saat penanaman tanaman cabai adalah berkisar antara 16o C – 32o C dan kelembaban yang cocok bagi tanaman cabai berkisar antara 70 – 80 %, terutama saat pembentukan bunga dan buah.
3.      Tanaman cabai rata-rata berada pada skala dibawah 50 % yang berarti masih dalam batas aman dari serangan hama dan penyakit tanama.
4.      Pada tanaman cabai, hambatan terbesar yang dapat menurunkan hasil produksi tanaman adalah dengan adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman tersebut.
5.      Pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai sangat diperlukan agar tidak terjadi gagal panen.

B. Saran
Pada praktikum ini diharapkan  para praktikan harus memelihara tanamannya dengan baik, agar  pada saat waktu penghitungan jumlah kerusakan tanaman, tanaman tetap hidup dan lebih jelas dalam  melihat gejala serangan hama & penyakit yang ditimbulkan. Dalam waktu penyemaian juga perlu diperhatikan kapan pemindahan semaian ke bedengan dilakukan, karena jika terlalu cepat maka tanaman tidak  menyesuaikan terhadap lingkungan dan akhirnya mati.


DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1984. Pedoman Pengujian Efikasi Untuk Pendaftaran Pestisida. Komisi Pestisida Departemen Pertanian.

Anonimous. 1986. Pedoman Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta. 46p.

Anonim, 2008 . Budidaya Cabai Merahhttp://epetani.deptan.go.id/budidaya/ 909. 1h. ( 30 November 2013)

Biro Pusat Statistik. 1994. Survei Pertanian Produksi Tanaman Sayuran Dan Buah – Buahan Di Indonesia. Jakarta : BPS

Budi, A.2004. Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Rineka Cipta Buana. Bandung

Daniel, Khiswan. 1995. Hama Dan Penyakit Tanaman Timun.(Online), (http://www.deptan.com, diakses 29 November 2013).

Djarwangningsih, T. 1986. Jenis – Jenis Cabai. (Solanaceae) di Indonesia. Berita Biologi 3 (5) : 225-228

Khotimah, N. 2007. Budi Daya Tanaman Pangan, Karya Mandiri Nusantara. Jakarta Barat. Hal, 141-145

Natawigena, H. 1993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya. Bandung

Rachmat, S. dan Geraad Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura. Universitas Gadja Mada. Hal, 102-104.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Cabai. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal, 5-8.

S.P.Siagian, Filsafat Administrasi, Haji Mas Agung,Jakarta, 1990:5

Semangun, H. 1979. Penyakit Tumbuhan, Hubungannya Dengan Iklim Dan Cuaca. UGM Press. Yogyakarta.

Sugito, J. 1992. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal, 106-112.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Cabai Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang Gilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wahyudi, Didi. 2001. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta.




















































LAMPIRAN