PENYAKIT BERCAK DAUN COKLAT (BROWN LEAF SPOT) PADI
Posted by Unknown on 7:49 PM with No comments
SARDIANTO (05121007125)
PENYAKIT BERCAK DAUN COKLAT (BROWN LEAF SPOT) PADA TANAMAN PADI (Oryza
sativa L)
A. Pendahuluan
Penyakit bercak daun coklat tersebar di negara-negara penghasil
padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia, penyakit ini banyak ditemukan pada
pertanaman padi terutama di tanah-tanah marginal yang kurang subur, atau kahat
unsur hara tertentu. Beberapa daerah padi gogorancah di Nusa Tenggara Barat,
Bali, Gunung Kidul, Jawa Barat bagian selatan dan Lampung merupakan daerah
endemik penyakit ini.
Gambar 1 : Daun padi yang terserang penyakit bercak daun coklat
Penyakit ini dapat
menyerang pada saat persemaian dan dapat mengakibatkan tanaman mati karena
busuk pada koleoptil, batang dan akar. Serangan juga dapat terjadi pada daun
dan bulir, apabila bulir padi terserang maka mutunya akan menurun.
Hubungan antara terjadinya
penyakit dengan ketersediaan unsur hara tanah sangat erat. Tanaman yang kurang
sehat sangat mudah terserang penyakit ini. Pada kondisi tanah yang kahat unsur
kalium penyakit bercak coklat dapat menimbulkan kerugian hasil 50 sampai 90
persen. Faktor lain yang berpengaruh adalah sistem drainase yang tidak baik,
sehingga mengganggu terserapnya unsur-unsur hara.
B. Gejala
Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah adanya bercak
berwarna coklat tua, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen,
pada permukaan daun, pada pelepah atau pada gabah. Gajala khas penyakit
ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang merata di
permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu
di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang.
Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat.
Pada varietas yang peka panjang bercak dapat mencapai panjang 1 cm.
Gambar 2 : Gejala penyakit bercak daun coklat
Bercak terutama pada
daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak
muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua
berukuran lebih besar (0,4 - 1 cm x 0,1 – 0,2 cm), berwarna coklat pada pusat
kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di sekelilingnya. Dan bila
serangan menghebat seluruh permukaan bulir dapat tertutup massa konidia dan
tangkainya. Pada serangan berat, jamur daopat menginfeksi gabah dengan gejala
bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah. Serangan berat pada daun dapat mengakibatkan daun mengering.
Gambar 3 : penyakit bercak oleh Helminthosporium oryzae
(Harahap & Tjahjono,1993)
C. Diagnosis dan Perikehidupan
1.
Pada daun terdapat bercak-bercak sempit memanjang,
berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun.
2.
Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu
tanaman membentuk anakan.
3.
Pada serangan yang berat bercak-bercak
terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak
gejala yang berat dapat terlihat pada daun bendera.
4.
Menurut Palmer dan Supriaman (1979) gejala
mulai tampak 2-4 minggu setelah padi dipindah, dan gejala paling berat tampak
lebih kurang satu bulan sebelum panen.
D. Penyebab
Penyakit bercak daun coklat (brown
leaf spot) pada tanaman padi (oryza sativa l) ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium oryzae atau Drechslera oryzae (Cochliobolus miyabeanus). Konidia H. Oryzae berwarna coklat, bersekat 6-17, berbentuk silindris, agak
melengkung, dan bagian tengahnya agak melebar. Konidia ini di bentuk pada
tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat di sebarkan oleh
angin dan dapat terbawa benih.
Helminthosporium
oryzae hidup sebagai parasit,
perusak kecambah dan buah, serta menimbulkan noda – noda pada daun inang. Buah
yang terserang menjadi menyerupai bludru. Helminthosporium
oryzae termasuk jamur dengan divisi
deuteromycotina, yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
·
Hifa
bersekat
·
Dinding
selnya terbuat dari zat kitin
·
Berkembang
biak dengan konidia
·
Belum
diketahui tahap seksualnya sehingga jamur ini sering disebut dengan jamur imperfecti yaitu jamur yang belum sempurna.
Gambar 4 : Ciri-ciri jamur Deuteromycetes
Gambar
5 : Siklus hidup Deuteromycetes
E.
Daur
Penyakit.
Daur
hidup penyakit ini diawali dengan konidium jamur yang disebarkan oleh angin dan
infeksi terjadi melalui mulut kulit. Gejala baru tampak 30 hari atau lebih
setelah infeksi. Ini menyebabkan lambatnya gejala di lapang, meskipun infeksi
dapat terjadi pada daun muda maupun daun tua (Ou, 1985). Jamur ini mempertahankan
diri dari musim ke musim pada biji-biji dan jerami. Diduga jamur dapat bertahan
pada rumput-rumput liar; antara lain di India jamur dapat menginfeksi
lempuyangan (Panicum repens).
F. Bioekologi
Jamur Helminthosporium oryzae menginfeksi
daun, baik melalui stomata maupun menembus langsung dinding sel epidermis
setelah membentuk apresoria. Konidia lebih banyak dihasilkan oleh bercak yang
sudah berkembang (besar) kemudian konidia dihembuskan oleh angin dan
menimbulkan infeksi sekender. Jamur dapat bertahan sampai 3 tahun pada jaringan
tanaman dan lamanya bertahan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Patogen penyakit bersifat terbawa benih,
sehingga dalam keadaan yang sesuai penyakit dapat berkembang pada tanaman yang
masih muda.
G. Pengendalian
Perkembangan penyakit
sangat erat hubungannya dengan keadaan hara tanah khususnya nitrogen, kalium,
magnesium, dan mangan. Penanaman varietas tahan di Indonesia masih sangat
terbatas. Rabcide 50 WP merupakan fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan
penyakit bercak daun coklat Helminthosporium
oryzae pada tanaman padi. Berdasarkan hasil riset Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan & Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2010 ada
beberapa cara pengendalian yang lainnya , seperti dibawah ini :
1. Jarak tanam yang tidak
terlalu rapat terutama saat musim hujan.
2. Jika perlu gunakan
cara tanam sistem legowo.
3. Jangan gunakan urea
yang berlebih dan imbangi dengan unsur K.
4. Aplikasi fungisida
pada daun tanaman padi, contoh: antracol, dithane, dan fungisida kontak lain
sebagai pencegahnya. Jika sudah terserang gunakan fungisida sistemik seperti
score, anvil, folicur, Nativo, opus, indar dll.
5. Penanaman varietas
tahan, seperti Ciherang dan Membrano.
6. Pemupukan berimbang
yang lengkap, yaitu 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha.
7. Penyemprotan fungisida
dengan bahan aktif difenoconazol, azoxistrobin, belerang, difenokonazol,
tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil.
0 Comment:
Post a Comment