Allelopati Dan Pengaruhnya Terhadap Petumbuhan Tanaman
Posted by Unknown on 9:14 PM with No comments
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Sedangkan menurut Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain, yaitu autotoxin, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya dan antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya (Indrianto 2006).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens.
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia. Definisi lain, alelopati adalah pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuah terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Anonim, 2011).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudat akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas ke lingkungan dengan mekanisme tertentu tergantung organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia terhadap tanaman sasaran berjalan melalui proses yang sangat kompleks. Proses diawali di membrane plasma dengan terjadi kekacauan struktur, modifikasi saluran membrane, atau hilangnya fungsi enzim ATR ase. Dan pada akhirnya mengganggu pembelahan dan pembesaran sel (Wiroatmojo, 1992).
Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Efek penghambatan bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsun.akan tetapi proses penghambatan yang terjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti (Setyawati, 2001).
Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat. Tanaman pangan ada juga yang menghasilkan senyawa alelopat, yaitu jagung,padi, dan ubi jalar. Tanaman perkebunan yang diindikasikan menghasilkan senyawa alelopati adalah jahe,kopi arabika, nilam, dan beberapa tanaman yang bersifat obat (Gilani, 2010).Alelopati menguntungkan bagi tanaman yang menghasilkannya tapi merugikan bagi tanaman sasatan. Tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umunya mendominasi daerah tertentu sehingga populasi hunian pada umumnya adalah populasi tumbuhan yang menghasilkan alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini,penyerapan air dan nutrisi terkonsentrasi pada tanaman penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini (Djazuli, 2011).
Adapun pengaruh alelopat pada tanaman menurut Wiboyo(2011) yaitu:
1. Menghambat penyerapan hara dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan
2. Menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan
3. Mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan
4. Menghambat respirasi akar
5. Menghambat sintesis protein
6. Menurunkan daya permeabilitas membran sel tumbuhan
7. Menghambat aktivitas enzim.
B. Tujuan
Mempelajari pengaruh allelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman palawija.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Alang alang
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Imperata cylindrica, atau lebih dikenal dengan alang-alang merupakan gulma berdaun sempit yang tumbuh tegak dan berumpun. Alang-alang merupakan tumbuhan pionir terutama pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur hara yang miskin, namun tidak toleran terhadap genangan dan naungan. Alang-alang dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik hingga ketinggian 2700m diatas permukaan laut. Imperata cylindrica merupakan gulma penting di perkebunan kelapa sawit. Apabila tidak dikendalikan, alang-alang dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit secara tidak langsung melalui perebutan unsur hara dan air, terutama pada kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Alang-alang juga menghasilkan senyawa alelopati berupa senyawa fenol, asam valinik dan karbolik yang diduga dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh tinggi besar, Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan pertumbuhan tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi kimiawi yang disebut alelopat dan mengakibatkan peristiwa yang disebut alelopati. Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuhdi sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cai dan dapat kelau dari akar, batang maupun daun. Hambatanpertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada oembelahan sel, pangambilan mineral,resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid.
Telah banyak referensi yang mencatat tentang species yang dapat mengeluarkan alelopati. Species tersebut dalam lingkungan akan dapat menekan pertumbuhan species lain. Namun pengaruh interaksi gulma/tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak diteliti. Beberapa penelitian tentang hal itu dicatat dari beberpa negara seperti Amerika, dan Inggris. Suatu zat terpen di keluarkan oleh semak yang aromatik dan sejenis substansi fenol dikeluarkan oleh Isorghum halepense yang dapat menghambat kegiatan bakteri fikasasi nitrogen. Agropyron repens (rumput perenial) yang melapuk selama 15 hari sangat efektif dalam penghambatan pertumbuhan Brassica napus. Penghambatan semacam ini hampir sama dengan diakaibatkan oleh pelapukan jerami. Imperata cylindrica juga mengeluarkan alelopati berpengaruh pada lingkungannya seperti halnya penghasil-penghasil alelopati lainnya.
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati. (Moenadir,1998:73-88)
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut.
Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. (Syamsurizal,1993:89)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengaruh Allelopati pada perkecambahan dilangsungkan pada Bulan April, 2013 bertempat di Laboratorium Tekhnologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: 1.) Cawan Petri, 2.) Corong Penyaring, 3.) gunting, 4.)mangkuk penggerus, 5.) Kertas merang
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : 1.) daun alang-alang, 2.) daun akasia 3.) daun gamal 4.) daun kirinyuh 5.) kacang hijau 6.) jagung
C. Cara Kerja
1.) Pilih biji kacang hijau dan kacang yang baik
2.) Sediakan beberapa cawan petri yang diberi kertas merang
3.) Buatlah ekstrak alang-alang, gamal, akasia, dan kirinyuh dengan cara sebagai berikut:
a.) Haluskan bagian tumbuhan jenis tumbuhan tersebut dengan mangkuk penggerus atau dipotong-potong.
b.) Buat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air dengan perbandingan : bagian tumbuhan dan air ( 1:7, 1:14, 1:21) dan dibiarkan selama 24 jam.
c.) Setelah 24 jam saringlah ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
4.) Letakkan masing-masing 10 biji kacang hijau dan jagung ke dalam cawan petri yang berbeda dan sudah diberi kertas saring.
5.) Siram 5 ml ekstrak Allelopati tumbuhan yang diamati ke dalam cawan petri yang sudah berisi biji tersebut.
6.) Tentukanlah persen perkecambahannya dan diukur panjang kecambahnya
7.) Amati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 7 hari dan amati juga pertumbuhan kecambahnya.
8.) Bandingkan hasil percobaan tersebut dengan perkecambahan yang hanya diberi perlakuan disiram dengan air ( kontrol).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
JENIS EKSTRAK : AKASIA pada kecambah kacang hijau
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
1,5
|
1
|
0
|
2,5
|
0,2
|
0
|
0
|
0,06
|
0,5
|
0,5
|
0
|
0,66
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
1,06
|
3
|
3,5
|
2
|
0
|
5,5
|
0,5
|
0
|
0
|
0,16
|
1,4
|
1
|
0
|
1,73
|
1,2
|
1
|
1
|
1,86
|
4
|
9
|
8,5
|
0
|
5,8
|
7
|
0
|
0
|
2,33
|
10
|
8,5
|
0
|
12,8
|
11
|
10
|
0
|
7
|
5
|
12
|
11,5
|
0
|
7,8
|
11
|
0
|
0
|
3,66
|
13
|
12
|
0
|
8,3
|
13
|
12
|
0
|
8,3
|
6
|
16
|
15
|
0
|
21
|
13
|
0
|
0
|
4,33
|
17
|
16
|
0
|
22,3
|
14,5
|
14
|
0
|
19,1
|
JENIS EKSTRAK : AKASIA pada kacambah jagung
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0,4
|
0
|
0,13
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,7
|
0
|
0,23
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : ALANG-ALANG pada kecambah kacang hijau
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
X
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
1
|
0
|
0
|
0,3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,2
|
0
|
0
|
0,06
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
2
|
0
|
0
|
0,6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
1,2
|
0
|
1,06
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
9
|
1,3
|
0,5
|
3,6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4,3
|
6
|
0,8
|
3,7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
13
|
8
|
1,3
|
7,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7,8
|
7,1
|
1,3
|
5,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
15
|
11
|
3
|
9,6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
7
|
2,5
|
5,8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
15
|
11,3
|
3
|
9,7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
7
|
4
|
6,3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : ALANG-ALANG pada kecambah jagung
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,3
|
0
|
0
|
0,1
|
1,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0,3
|
0
|
0
|
0,1
|
1,5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : KIRINYUH pada kecambah kacang hijau
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
X
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,2
|
0
|
0
|
0,1
|
1,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0,4
|
0
|
0
|
0,1
|
1,3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : KIRINYUH pada kecambah jagung
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
X
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,4
|
0
|
0
|
0
|
1,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0,6
|
0
|
0
|
0,1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : Gamal pada kecambah kacang hijau
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
X
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,4
|
0
|
0
|
0
|
1,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0,6
|
0
|
0
|
0,1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JENIS EKSTRAK : Gamal pada kecambah jagung
Hari ke-
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
| |||||||||||||||
Kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
| |||||||||||||
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
x
|
1
|
2
|
3
|
X
|
1
|
2
|
3
|
x
| |
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0,6
|
0
|
0
|
0,1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
B. Pembahasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala yaitu 1 kali sehari dalam seminggu. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan per minggu hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang dilakukan di awal. Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya kemudian di ukur tinggi tanaman. Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan alat ukur yaitu penggaris. Data yang di tulis dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi tanaman selama kurang lebih 4 minggu.
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain (Setiadi, 1989).
Pada minggu ke dua menunjukan rata-rata tinggi pertumbuhan jagung dan kacanh hijau terlihat bahwa tinggi J1 dan J2 lebih besar atau lebih tinggi dari pada tinggi rata-rata pada J4 dan J8. Hal ini dikarenakan jarak tanam di J4 dan J8 lebih rapat dari pada J1 dan J4, sedangkan polybag tempat ditanamnya jagung memiliki ukuran yang sama antara J1 hingga J8. Kerapatan penanaman menyebabkan kompetisi yang lebih ketat antar tanaman dikarenakan semakin kecil ruang atau plot maka semakin sedikit pembagian unsure hara dan air yang diserap oleh tanaman tersebut.
Tinggi tanaman kacang hijau lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman jagung. Persaingan diantara tumbuhan ini secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem ini akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan. Dan karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting, di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).
Pada pertumbuhan jagung menggunakan ekstrak alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung, terlihat dari pertumbuhan dari pengukuran tiap minggu. Yang di mana ekstrak alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan jagung tersebut mengalami keterhambatan untuk tumbuh dan berkembang dapat terlihat dari tabel pengamatan. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim.
Sedangkan pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik morfologi daun, panjang akar dan batang berbeda dengan tanaman lainnya yang diberikan perlakuan. Selain dari pada itu, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang biologiawan ahli bidang fisiologi tanaman Setyowati dan Yuniarti (1999) mengatakan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai yang diberi perlakuan ellelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) dengan perbandingan 1 : 4 umumnya tidak terpengaruh oleh ekstrak ini, bukan hanya dalam hal pertumbuhan tanamannya tetapi juga dalam proses perkecambahannya, hanya saja berpengaruh terhadap pemanjangan akarnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum dan pengamatan terhadap tanaman jagung dan kacang hijau dapat di ambil kesimpulan :
1. Pertumbuhan tanaman kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung maka kacang hijau adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya tanaman hidup.
3. Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya atau unsur hara dari tanah semakin ketat.
4. Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
5. Terjadinya kompetisi antar tanaman dapat menyebabkan tanaman mati.
6. Perkembangan tumbuhan yang di beri allelopati tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.
B. Saran
Waktu pelaksanaan praktikum sebaikny dikondisikan dengan keadaan praktikan agar tidak terlalu sore dalam pelaksanaanya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Alelopati Tanamn <scribd.com/doc/2497261/alelopat.htm>. Diakses pada 7 Oktober 2012.
Djazuli, M. 2011. Alelopati pada beberapa tanaman perkebunan dan tekhnik pengendalian serta prospek pemanfaatannya. Prospektif 10 (1): 44-50.
Gilani, S. A. 2010. Phytotoxic studies of medical plant species of Pakistan. Journal Botany 28(1): 987-996.
Setyawati, N. dan E. Suprijono. 2001. Efikasi alelopati teki formulasi cairan terhadap gulma. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 3(1): 16-24.
Wibowo,D.M. 2011. Teknologi Pengendalian Gulma.. Diakses pada 7 Oktober 2012.
Wiroatmojo, J. 1992. Alelopati pada tanaman Jahe. Buletin Agronomi. 10(3): 1-6.
0 Comment:
Post a Comment