Agroklimatologi
Posted by Unknown on 7:04 AM with No comments
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
OLEH
SARDIANTO
05121007125
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agroklimatolgi adalah ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan kehidupan tanaman.Radiasi
Matahari adalah sesuatu pancaran bersumber dari sinar matahari pada
peristiwafotosintesis yang terjadi dalam atmosfer yang di anggap penting bagi
sumber kehidupan dan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi.
Indonesia sebagai negara kepulauan
yang terletak di daerah katulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan
terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan,kenaikan muka air laut,
dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan
kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi
Indonesia. Perubahan iklim akan menyebabkan seluruh wilayah Indonesia mengalami
kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah
subtropics, wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan,
sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola
hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan. Di wilayah
Indonesia bagian selatan, musim hujan yang makin pendek akan menyulitkan upaya
meningkatkan indeks pertanaman (IP) apa bila tidak tersedia varietas yang
berumur lebih pendek dan tanpa rehabilitasi jaringan irigasi. Meningkatnya
hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir,
sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko
kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian utara,meningkatnya hujan
pada musim hujan akan meningkatkan peluang indeks penanaman, namun kondisi lahan
tidak se baik di Jawa.
Tren perubahan ini tentunya sangat
berkaitan dengan sektor pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang.Upaya yang sistematis dan terintegrasi,serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sector pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun kebijakan kunci Departemen Pertanian dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai tahun 2007 sampai 2050 yang meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang.Upaya yang sistematis dan terintegrasi,serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sector pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun kebijakan kunci Departemen Pertanian dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai tahun 2007 sampai 2050 yang meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Perubahan iklim dengan segala
penyebabnya secara faktual sudah terjadi di tingkat lokal, regional maupun
global.Peningkatan emisi dan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) mengakibatkan
terjadinya pemanasan global, diikuti dengan naiknya tinggi permukaan air laut
akibat pemuaian dan pencairan es di wilayah kutub.naiknya tinggi permukaan air
laut akan meningkatkan energi yang tersimpan dalam atmosfer, sehingga mendorong
terjadinya perubahan iklim, antara lain ElNino dan La Nina. Fenomena El Nino
dan LaNina sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca atau iklim di wilayah
Indonesia dengan geografis kepulauan.Sirkulasi antara benua Asia dan Australia
serta Samudera Pasifik dan Atlantik sangat berpengaruh, sehingga wilayah
Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Hal ini
diindikasikan dengan terjadinya berbagai peristiwa bencana alam yang intensitas
dan frekuensinya terus meningkat Fenomena El Nino adalah naiknya suhu di
Samudera Pasifik hingga menjadi 31°C, sehingga akan menyebabkan kekeringan yang
luar biasa di Indonesia.
Dampak negatifnya antara lain adalah
peningkatan frekuensi dan luas kebakaran hutan, kegagalan panen, dan penurunan
ketersediaan air. Fenomena La Nina merupakan ke balikan dari El Nino, yaitu
gejala menurunnya suhu permukaan Samudera Pasifik, yang menyebabkan angin serta
awan hujan ke Australia dan Asia Bagian Selatan, termasuk Indonesia. Akibatnya,
curah hujan tinggi yang disertai dengan angin topan dan akibat dari itu akan
menimbulkan dampak secara langsung dengan terjadinya bencana banjir dan longsor
besar
Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sector pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sektor lain yang terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian, kehutanan dan lainnya) telah mengalami dampak perubahan tersebut. Di sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya, belum ada studi tingkat nasional yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sumber daya iklim,lahan, dan sistem produksi pertanian (terutama pangan). Beberapa studi masih dilakukan pada tingkat lokal, seperti pengkajian dampak perubahan iklim pada hasil padi dengan menggunakan model simulasi.
Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sector pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sektor lain yang terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian, kehutanan dan lainnya) telah mengalami dampak perubahan tersebut. Di sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya, belum ada studi tingkat nasional yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sumber daya iklim,lahan, dan sistem produksi pertanian (terutama pangan). Beberapa studi masih dilakukan pada tingkat lokal, seperti pengkajian dampak perubahan iklim pada hasil padi dengan menggunakan model simulasi.
Kerentanan suatu daerah terhadap
perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur
sosial-ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang
tersedia. Di Indonesia, upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1990,walaupun Indonesia tidak memiliki
kewajiban untuk memenuhi target penurunan emisi GRK. Untuk memperkuat
pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia pada sektor
pertanian,perlu ditetapkan strategi nasional mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim secara terintegrasi, yang melibatkan berbagai instansi terkait.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui data
klimatologi pada suatu daerah yang meliputi curah hujan, kecepatan dan arah
angin, kelembaban udara, intensitas panas, suhu dan temperatur.Agar dapat
menganalisa penyesuaian klimatologi terhadap pertanian.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Curah Hujan
Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu
daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan
informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang
pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi ,
mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH
dalam jumlah yang c ukup.Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan
dapat diketahui besarnya rata -rata CH yang menunjukkan besarnya CH yang
terjadi di daerah tersebut.Disamping itu juga diketahui variasi CH di suatu
titik pengamatan. Menurut (Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam Asdak C.
1995) Ketelitian hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH,
maksudnya diperlukan semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di
suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin
meningkat dengan semakin banyak penakar yang dipasang, tetapi memerlukan biaya
mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam.
Hujan memainkan peranan penting dalam
siklus hidrologi.Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul
menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Terjadinya sangat dipengaruhi oleh
konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah
proses pemindahan panas oleh gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke
daerah lainnya. Air-air yang terdiri dari air laut, air sungai, air limbah, dan
sebagainya tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan dari panas sinar
matahari. Air tersebut kemudian menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya
terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain.Sesampai
di atas, uap-uap mengalami proses pemadatan atau biasa disebut juga kondensasi sehingga terbentuklah awan. Akibat
terbawa angin yang bergerak, awan-awan tersebut saling bertemu dan membesar dan
kemudian menuju ke atmosfir bumi yang suhunya lebih rendah atau dingin dan
akhirnya membentuk butiran es dan air.Karena terlalu berat dan tidak mampu lagi
ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan
bumi, proses ini disebut juga proses presipitasi. Karena
semakin rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju akan mencair,
namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun tetap menjadi salju.
Jumlah air hujan diukur menggunakan
pengukur hujan atau ombrometer.Ia dinyatakan sebagai
kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih
0.25mm. Satuan curahhujan menurut
SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.
Dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual
dan alat pengukur hujan otomatik.Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada
saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :
1.
Harus
diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak 4 kali tinggi obyek
penghalang.
2.
Alat
harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar antara 90-120 cm di atas
permukaan tanah.
3.
Bebas
dari angin balik
4.
Alat
harus dilindungi baik dari gangguan binatang maupun manusia.
5.
Secara
teknis alat harus standart.
6.
Dekat
dengan lokasi pengamat.
Air hujan sering
digambarkan sebagai berbentuk “lonjong”, lebar di bawah dan menciut di atas,
tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat.Air hujan yang besar menjadi
semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang
lebih besar berbentuk payung terjun.Air hujan yang besar jatuh lebih
cepat berbanding air hujan yang
lebih kecil.Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam rumah pada
hari hujan. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH
6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6
dianggap hujan asam. Banyak orang
menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap
wangi atau menyenangkan.Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri
yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan
kemudian dilepas ke udara pada saat hujan.
Sering kali kebutuhan air tidak
dapat dipenuhi dari hujan alami.Maka
orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan
perlakuan pada awan.Perlakuan ini dinamakan hujan buatan
(rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).Hujan buatan merupakan
inovasi terbaru yang berguna agar proses jatuhnya hujan semakin banyak dan
cepat. Agar hujan buatan bisa terbentuk, maka dibutuhkan awan-awan yang
memiliki kadar air yang banyak dan kecepatan angin yang lambat. Apakah hanya
itu saja yang dibutuhkan?Tidak hanya itu, masih banyak lagi yang harus
dibutuhkan. Hujan buatan ini dibuat dengan cara menyemai awan dengan
menggunakan bahan yang bersifat higroskopik sehingga
proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat dan
selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Jenis awanCumulus adalah jenis awan yang sangat bagus untuk
digunakan sebagai media membuat hujan buatan. Setelah lokasi pemilihan
awan-awan yang masuk dalam kriteria ditemukan, langkah selanjutnya adalah
proses penyemaian. Proses ini membutuhkan media pesawat yang berfungsi untuk
mengangkut bubuk-bubuk yang sudah disiapkan untuk disebar di awan-awan
tersebut.Bubuk khusus tersebut terdiri dari glasiogenik berupa
Perak Iodida yang berfungsi untuk membentuk es.Di dalam bubuk tersebut,
dicampur pula garam dapur atau Natrium Chlorida dan
urea, bahan-bahan tersebut digunakan karena seperti kandungan yang terdapat di
awan.Untuk dapat membentuk hujan yang lebat, biasanya dibutuhkan bubuk khusus
yang sudah diterangkan di atas sebanyak 3 ton yang disemai menggunakan pesawat
terbang ke awan Cumulus selama 30 hari. Proses pembuatan hujan buatan ini juga
belum mesti berhasil. Yang terpenting adalah penyebaran bibit hujan harus
memperhatikan arah angin, kelembaban dan tekanan udara.
B.
Suhu dan Kelembaban
Pengukuran suhu suatu benda dan
pengukuran diberbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang tidak
langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat
yang akan diukur suhunya kea lat pengukur suhu. suhu yang terbaca pada alat
pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah
terjadi kesetaraan, suhu antara benda yang diukur tersebut dengan alat pengukur
suhu. Jadi, bukan suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang
akan diukur tersebut dengan alat pengukur. Alat pengukur suhu disebut
thermometer.Termometer pada dasarnya merupakan instrumen yang terdiri dari
bahan yang perubahan sifat fisiknya, karena perubahan suhu dapat mudah
diukur.Sifat fisik yang berubah tersebut dapat berupa perubahan volume gas,
pemuaian logam, perubahan daya hantar listrik atau sifat-sifat fisik lainnya.
Masing-masing jenis termometer akan mempunyai skala yang berbeda. Oleh sebab
itu, perlu dikalibrasi dengan termometer yang dijadikan patokan
(standar).Termometer yang dijadikan patokan adalah termometer tahanan platina
(Platinum Resistance Thermometer) atau IPTS-68 (Lakitan, 2002).
Secara meteorologi suhu udara
biasanya diukur dalam sangkar cuaca. Dalam situasi ini, yang diukur adalah suhu
massa udara setinggi 1.5 meter. Tetapi tanaman menerima radiasi langsung dari
cahaya matahari sehingga berbeda dari suhu sangkar cuaca.Suhu tanaman mungkin
lebih tinggi dari suhu sangkar cuaca.Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari
penguapan sejumlah air, dari pemindahan panas secara konveksi, angin dan
pantulan.Disamping terjadinya perubahan suhu tanaman, suhu permukaan tanah juga
berubah. Apabila transpirasi berlangsung terus-menerus, suhu permukaan daun
tidak akan berubah. Perubahan suhu udara juga ditentukan oleh sudut letak daun terhadap
radiasi surya yang akan menentukan jumlah energi yang diserap oleh daun
tersebut. Pengukuran suhu daun dapat dilakukan dengan radiometer inframerah
atau penyisipan termokopel kedalam daun (Guslim, 2007).
Suhu udara adalah keadaan panas atau
dinginnya udara.Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut
thermometer.Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R),
dan Fahrenheit (F).Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis
(sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu
kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin
bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka
suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini
disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse
rate adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997)
Suhu dipermukaan bumi makin rendah
dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut
ketinggian.Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi
merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah
suhunya.Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di
Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter.Karena kapasitas panas
udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan
bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk,
sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994)
Suhu adalah ukuran energi kinetik
rata-rata dari pergerakan molekul suatu benda. Panas adalah energi total dari
pergerakan molekul suatu benda. Jadi panas adalah ukuran energi total,
sedangkan suhu adalah energi rata-rata dari setiap gerakan molekul.Lebih besar
pergerakan, maka lebih benda tersebut (Zailani Kadir, 1986).
Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup
sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat tergantung pada keadaan suhu,
terutama dalam kegiatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan
bumi antara lain:
1.
Jumlah
radiasi yang diterima pertahun, perbulan, perhari, dan permusim.
2.
Pengaruh
daratan atau lautan.
3.
Pengaruh
ketinggian tempat.
4.
Pengaruh
angin secara tidak langsung misalnya, angin yang membawa panas dari sumbernya
secara horizontal.
5.
Pengaruh
panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer.
6.
Penutup
tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi yang mempunyai temperatur yang lebih
rendah daripada tanah tanpa vegetasi.
7.
Tipe
tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.
8.
Pengaruh
sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih
panas daripada yang datangnya miring
Seluruh makhluk hidup dikelilingi
oleh suhu dan udara. Bahkan organisme seperti yang terdapat dalam tanah yang
kelihatannya terdapat pada medan lain. Sebenarnya terdapat dalam air dan
udara.Organisme didalam tanah yang terdapat dalam ruangan antar
partikel-partikel tanah.Dari antara kedua hal ini yakni air dan udara,
masing-masing sel individu dari organisme diudara hanya bisa aktif bila dalam
keadaan lembab (Kartasapoetra, 2002).
Ukuran untuk menyatakan
jumlah uap air yang digunakan dalam tulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a.
Suhu Bola Kering ( T )
Biasanya
disebut sebagai suhu udara, merupakan istilah yang umum digunakan. Ketika orang
menyebut suhu udara, biasanya mereka mengacu pada temperatu bola kering.
Disebut suhu bola kering karena dalam mekanisme kerjanya tidak terpengaruh oleh
kelembaban udara. Suhu bola kering dapat diukur dengan menggunakan termometer
normal yang terkena udara bebas, tetapi terlindung dari radiasi dan kelembaban.
Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celcius (oC), derajat
Fahrenheit (oF) dan satuan Kelvin (K). titik Nol pada Kelvin setara dengan 273
oC.
b.
Suhu Bola Basah ( Tw
)
Suhu bola basah adalah
temperatur adiabatik yang jenuh. merupakan suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola basah yang terkena aliran udara. Diukur menggunakan
thermometer yang terbungkus kain kasa basah. Penguapan adiabatik dari air pada
thermometer dan akibat pendinginan yang ditunjukkan untuk membaca bahwa suhu lebih
basah dibanding dari suhu kering di udara. Tingkat penguapan dari kain kasa
yang basah pada thermometer dan perbedaan antara suhu bola kering dan suhu bola
basah tergantung pada kelembaban udara. Penguapan berkurang ketika udara
mengandung uap air lebih banyak. Suhu bola basah selalu lebih rendah dibanding
suhu bola kering, namun akan identik dengan kelembaban relatif 100 % dimana
suhu udara berada pada titik jenuh.
C.
Lama Penyinaran
Lama
penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai kepermukaan bumf
dalam periode sate hari, diukur dalam jam. Halangan terhadap sinar matahari
kepermukaan bumf terutama awan, aerosols dan kabut.Kecerahan dapat juga
terganggu oleh benda-benda penyusun atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis
dalam satuan jam sampai nilai- nilai persepuluhan atau sering juga ditulis
dalam nilai persen perhari agar lebih efisien.(Anonirn,2007)
Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke permukaan bumi selama periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari disini lebih tepat disebut panjang hari yakni jangka waktu selama surya berada di atas horison.Halangan terhadap pancaran cahaya surya terutama awan, kabut, aerosol atau benda-benda pengotor atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai persepuluhan atau dalam persen terhadap panjang hari. Lama penyinaran surya dapat diukur dengan berbagai macam alat yang dapat merekam sinar yang mencapai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam; mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluh jam (6menit). Terdapat empat macam/tipe alat perekam sinar surya, yaitu : Tipe Campbell Stokes, Tipe Jordan, Tipe Marvin, dan Tipe Foster. Dari 4 tipe tersebut hanya tipe Tipe Campbell Stokes dan Tipe Jordan saja yang banyak dipakai di Indonesia (Sutiknjo. 2005).
Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke permukaan bumi selama periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari disini lebih tepat disebut panjang hari yakni jangka waktu selama surya berada di atas horison.Halangan terhadap pancaran cahaya surya terutama awan, kabut, aerosol atau benda-benda pengotor atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai persepuluhan atau dalam persen terhadap panjang hari. Lama penyinaran surya dapat diukur dengan berbagai macam alat yang dapat merekam sinar yang mencapai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam; mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluh jam (6menit). Terdapat empat macam/tipe alat perekam sinar surya, yaitu : Tipe Campbell Stokes, Tipe Jordan, Tipe Marvin, dan Tipe Foster. Dari 4 tipe tersebut hanya tipe Tipe Campbell Stokes dan Tipe Jordan saja yang banyak dipakai di Indonesia (Sutiknjo. 2005).
Lama penyinaran matahari ini seringkali tidak penuh satu
hari. Hal ini dapat disebabkan karena sinar matahari terhalang oleh awan,
aerosol atau kabut.Intensitas radiasi matahari diartikan sebagai banyaknya atau
jumlah energi dari cahaya matahari yang diterima bumi, pada luas tertentu serta
jangka waktu tertentu. Satuan yang banyak digunakan adalah : kalori/cm2/menit
disebut juga Langley per menit, ditulis ly/menit. Dalam atmosfer bumi
terdapat bermacam-macam radiasi seperti :
a.
Direct
Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke
permukaan bumi.
b.
Radiation
Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-pembauran
oleh partikel-partikel atmosfer.
c.
Surface
Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh
permukaan.
d.
Out
Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang
berupa gelombang panjang.
e.
Back
Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir uap air
dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
f.
Global
(total) Radiation (Q).
g.
Net
Radiation (R).
Dengan banyaknya jenis radiasi yang terdapat di dalam
atmosfer berarti banyak pula alat-alat yang diperlukan untuk mengukur radiasi
langsung (S).Misalnya :
1.
Amstrong Pyrheliometer.
Pyrheliometer dipakai untuk mengukur intensitas radiasi
matahari langsung (S). Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu sensor
yang menghasilkan gaya gerak listrik dan recorder yang berisi battery, galvanometer
dan amperemeter. Sensor berada didalam sebuah tabung/silinder logam yang dapat
diputar horizontal dan vertikal.Tabung diputar mengikuti gerakan matahari
sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke permukaan sensor.Pada bagian ujung/
muka tabung terdapat tutup yang dapat diputar terhadap permukaan
silinder.Penutup ini berfungsi sebagai pelindung sensor terhadap matahari dan
juga sebagai pemutus dan penghubung kontak listrik.
2.
Solarimeter dan Pyranometer.
Digunakan untuk mengukur radiasi matahari total.Untuk
memperoleh data intensitas matahari secara kontinue, Solarimeter dihubungkan ke
sebuah alat pencatat yang dinamakan Chart Recorder yang mempunyai sifat Self
Balancing Potentiometric yaitu suatu recorder yang bekerjanya berdasarkan
keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk berasal dari Solarimeter
dengan tenaga listrik dari power supply. Gerakan dan kedudukan pena ditentukan
oleh keseimbangan kedua unsur tersebut. Dengan demikian recorder ini memerlukan
tenaga listrik yang diperlukan selain untuk keseimbangan juga untuk
menggerakkan pias (Chart) dan jam.Recorder ini sangat peka terutama ketika
sedang beroperasi, sedapat mungkin dihindarkan terhadap getaran-getaran yang
dapat mengganggu keseimbangan.
3.
Pyrgeometer
untuk mengukur radiasi bumi (O)
4.
Net
Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
D.
Angin
Angin adalah aliran udara yang terjadi diatas permukaan
bumi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang
berdekatan.Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh suhu udara sebagai akibat
perbadaan pemanasan permukaan bumi oleh matahari. Semakin besar tekanan udara
maka semakin kencang pula angin yang akan ditimbulkan. Angin lokal contohnya
terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di dua tempat yang berdekatan
seperti di laut dan di darat.Ada 3 hal yang penting menyangkut sifat angin
yaitu kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin.
Tekanan udara dipermukaan bumi diakibatkan oleh lapisan
udara yang berada pada atmosfer bumi.Semakin bertambah ketinggian suatu tempat,
maka makin rendah tekanan udara. Lapisan udara pada permukaan bumi memberikan
tekanan sebesar 1033,3 gram/cm2. Ini berarti pada saerah seluas 1 cm2 udara
memberikan tekanan sebesar 1033 gram.Tekanan udara pada permukaan bumi oleh
lapisan atmosfer adalah sebesar 1 atmosfer. Tekanan udara sebesar 1 atmosfer
ini sama dengan 76 cm Hg, didalam metereologi, satuan udara yang dipakai adalah
Bar.
Faktor pendorong bergeraknya massa
udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang
lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan udara tekanan tinggi ke tempat
yang tekanan udaranya lebih rendah.Angin memiliki hubungan
yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena banyak paparan sinar
mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran
udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong
udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya yang
akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Perbedaan tekanan udara menimbulkan aliran udara.Udara yang
mengalir disebut angin.Udara mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Untuk menyatakan arah angin ditentukan dengan
derajat = 0 0 atau 360 0 berarti arah
utara, 90 0 arahtimur, 180 0 arah
selatan, dan 270 0 arah barat.
Angin dibedakan dalam beberapa bagian, yaitu :
a. Sirkulasi angin di bumi yaitu Angin
pasat, Angin Barat dan Angin Timur
b. Angin Muson terjadi karena perbedaan
tekanan udara antara daratan dengan samudra. Angin muson dibagi 2 yaitu, Angin
Muson Timur, Angin Muson Barat.
c. Angin siklon dan Anti siklon
d. Angin local Angin lokal dibagi
menjadi 4 yaituAngin Darat, Angin Laut, Angin Lembah, Angin Gunung.
Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara
vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis.
Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara
satu tempat dengan tempat yang lain.
Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi
ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi,
maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara
bertekanan rendah. Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi
pasang sehingga angin fohn memiliki sifat menurun, kering, dan panas.
E.
Solarimeter
Pengukuran panjang penyinaran dilakukan
bertujuan untuk mengukur lamanya penyinaran matahari.Panjang penyinaran adalah
lamanya sinar matahari ke bumi dalam satuan periode hari.Pengukuran panjang
penyinaran matahari dilakukan menggunakan alat Solarimeter.Solarimeter yang
umumnya digunakan yaitu Solarimeter
tipe Jordan dan tipe
Compbell-Stokes.
a.
Solarimeter Type Jordan
Solrimeter
tipe Jordan digunakan
untuk mengukur lamanya penyinaran surya per jam.Prinsip kerja alat ini adalah
pembakaran pias.Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam satu jam. Dalam
satu hari Solarimeter ini menggunakan 2 kertas pias untuk menentukan lama
panjang penyinaran.Solarimeter bekerja berdasarkan reaksi fotokimia, sinar matahari yang masuk
melalui lubang sempit solarimeter bereaksi dengan Kalium ferosianida yang terlapis dalam kertas pias dalam
tabung silinder di dalam solarimeter. Garam fero akan teroksidasi sehingga
terbentuk noda apabila dicuci dengan akuades. Selanjutnya digunakan kertas PP
untuk mengukur panjang noda yang terbentuk. Panjang noda terbentuk merupakan panjang penyinaran aktual.
Alat dipasang di tempat terbuka
sehingga sinar matahari tidak terhalang oleh pohon atau benda lain. Solarimeter
ini dipasang dengan tidak ada halangan ke arah timur maupun barat, karena
merupakan arah terbit dan tenggelamnya matahari.Kelemahan alat ini yaitu saat
interprestasi hasil pengukuran oleh orang yang berbeda dapat menunjukkan
perbedaan sampai 5% lama penyinaran bulan.Solarimeter tipe Jordan pemakaiannya
kurang praktis sehingga alat ini sering sekali tidak dipergunakan.
b.
Solarimeter Type Combell Stokes
Solarimeter tipe Combell Stokes
bekerja berdasarkan pemfokusan sinar matahari untukmengukur panjang penyinaran.
Prinsip alat ini adalah pembakaran pias, sedangkan panjang pias yang terbakar
dinyatakan dalam satuan jam. Dalam satu hari Solarimeter ini menggunakan hanya
satu kertas pias. Kertas Pias diletakkan pada titik api bola lensa. Hasil
pembakaran pias akan terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas
pias yang tidak terletak pada titik api lensa tidak akan terbakar.
Seperti pada Solarimeter Type
Jordan, Alat ini dipasang di tempat terbuka yang tidak terdapat halangan ke
arah Timur matahri terbit dan ke arah Barat saat matahri terbenam. Terdapat
tiga jenis pias yang digunakan pada lat yang sama yaitu, pias waktu matahari di
ekuator, di utara dan di selatan.
III.WAKTU
DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu
Praktikum
pengamatan curah hujan dilaksanakan pada tanggal 16 April - 20 Mei 2013, sedangkan pngamatan suhu, kelembaban, kecepatan angin, chambel stokes dan
solarimeter dilaksanakan pada hari jum’at 31 Mei-1 Juni 2013 sore pukul 17.00 wib sampai
dengan hari sabtu pukul 17.00 wib.
B.
Tempat
Praktikum
pengamatan curah hujan dilaksanakan di
depan laboratorium ekologi Jurusan Budidaya Pertanian fakultas pertanian
Universitas Sriwijaya. sedangkan pngamatan suhu, kelembaban, kecepatan angin, chambel stokes dan
solarimeter dilaksanakan di Agrotechnopark (ATP), desa bakung, kecamatan Gelumbang,
kabupaten Ogan ilir, Sumatera selatan.
IV.HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Table
pengamatan curah hujan
-
Minggu ke-1
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 16 April 2013
|
Ml
|
2
|
Rabu/ 17 April 2013
|
497 ml
|
3
|
Kamis/ 18 April 2013
|
112 ml
|
4
|
Jum’at/19 April 2013
|
0 ml
|
5
|
Sabtu/ 20 April 2013
|
0 ml
|
6
|
Minggu/ 21 April 2013
|
0 ml
|
7
|
Senin/ 22 April 2013
|
270 ml
|
|
Total
|
897 ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
293
|
-
Minggu ke-2
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 23 April 2013
|
0 ml
|
2
|
Rabu/ 24 April 2013
|
0 ml
|
3
|
Kamis/ 25 April 2013
|
0 ml
|
4
|
Jum’at/26 April 2013
|
555 ml
|
5
|
Sabtu/ 27 April 2013
|
0 ml
|
6
|
Minggu/ 28 April 2013
|
0 ml
|
7
|
Senin/ 29 April 2013
|
0 ml
|
|
Total
|
555 ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
79,28 ml
|
-
Minggu ke-3
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 30 April 2013
|
0 ml
|
2
|
Rabu/ 1 Mei 2013
|
125 ml
|
3
|
Kamis/ 2 Mei 2013
|
0 ml
|
4
|
Jum’at/ 3 Mei 2013
|
0 ml
|
5
|
Sabtu/ 4 Mei 2013
|
0 ml
|
6
|
Minggu/ 5 Mei 2013
|
130 ml
|
7
|
Senin/ 6 Mei 2013
|
190 ml
|
|
Total
|
445 ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
63,57 ml
|
-
Minggu ke-4
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 7 Mei 2013
|
0 ml
|
2
|
Rabu/ 8 Mei 2013
|
0 ml
|
3
|
Kamis/ 9 Mei 2013
|
7 ml
|
4
|
Jum’at/10 Mei 2013
|
0 ml
|
5
|
Sabtu/ 11 Mei 2013
|
0 ml
|
6
|
Minggu/ 12 Mei 2013
|
40 ml
|
7
|
Senin/ 13 Mei 2013
|
0 ml
|
|
Total
|
47 ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
6,71 ml
|
-
Minggu ke-5
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 14 Mei 2013
|
42 ml
|
2
|
Rabu/ 15 Mei 2013
|
0 ml
|
3
|
Kamis/ 16 Mei 2013
|
0 ml
|
4
|
Jum’at/17 Mei 2013
|
0 ml
|
5
|
Sabtu/ 18 Mei 2013
|
0 ml
|
6
|
Minggu/ 19 Mei 2013
|
0 ml
|
7
|
Senin/ 20 Mei 2013
|
0 ml
|
|
Total
|
42 ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
6 ml
|
2. Table
hasil pengamatan suhu, kelembaban, kecepatan angina, chambel stoke dan
solarimeter.
No
|
Kelompok
|
Hari/
Tanggal
|
Waktu
(WIB)
|
Suhu (°C)
|
Kelembaban
|
A
|
CS
|
Solarimeter
|
||
Max
|
Min
|
BB
|
BK
|
|||||||
1
|
1A
|
Jum’at/
31 Mei
2013
|
17.00
|
31
|
31
|
28,2
|
30,4
|
1691,31
|
-
|
-
|
2
|
3B
|
18.35
|
28
|
27,5
|
26,4
|
27,4
|
1691,31
|
-
|
-
|
|
3
|
5C
|
19.19
|
27
|
26
|
26
|
26
|
1691,31
|
-
|
-
|
|
4
|
2A
|
20.00
|
26
|
25
|
24
|
25
|
1691,31
|
-
|
-
|
|
5
|
4 Plg
|
21.00
|
26
|
26
|
25,3
|
25,3
|
1691,31
|
-
|
-
|
|
6
|
6A
|
22.00
|
25,3
|
25,3
|
25
|
26
|
1691,31
|
-
|
-
|
|
7
|
2B
|
23.00
|
25
|
26
|
25
|
25
|
1691,34
|
-
|
-
|
|
8
|
4C
|
24.00
|
26
|
25,5
|
25,3
|
25,2
|
1691,34
|
-
|
-
|
|
9
|
6B
|
Sabtu/
1 Mei
2013
|
01.00
|
25
|
15
|
25
|
26
|
1691,34
|
-
|
-
|
10
|
1B
|
02.00
|
25
|
25
|
26
|
25,5
|
1691,39
|
-
|
-
|
|
11
|
3A
|
03.00
|
25
|
24
|
36
|
26
|
1691,39
|
-
|
-
|
|
12
|
5Plg
|
04.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
1691,39
|
-
|
-
|
|
13
|
5A
|
05.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
1691,40
|
-
|
-
|
|
14
|
3C
|
06.06
|
24
|
23
|
23,3
|
23,3
|
1691,40
|
Tt
|
440 x 10 lux
|
|
15
|
1C
|
07.00
|
25
|
25,1
|
25
|
24,5
|
1691,40
|
T
|
1463 x 10 lux
|
|
16
|
2Plg
|
08.00
|
27,4
|
29
|
29
|
28
|
1691,40
|
T
|
693 x 10 lux
|
|
17
|
4B
|
09.00
|
30
|
30
|
28,2
|
30
|
1691,40
|
T
|
625 x 10 lux
|
|
18
|
6C
|
10.00
|
30
|
30,05
|
28,2
|
29,8
|
1691,40
|
T
|
940 x 10 lux
|
|
19
|
1Plg
|
11.00
|
31
|
29
|
28,4
|
30,4
|
1691,40
|
Tt
|
940 x 10 lux
|
|
20
|
2C
|
12.00
|
33,3
|
33
|
29,3
|
33,1
|
1691,40
|
T
|
920 x 100 lux
|
|
21
|
3Plg
|
13.00
|
34
|
33
|
30
|
33,2
|
1691,40
|
TP
|
788 x 100 lux
|
|
22
|
4A
|
14.00
|
35,5
|
35
|
30,2
|
34,1
|
1691,42
|
T
|
364 x 10 lux
|
|
23
|
5B
|
15.00
|
33,5
|
33
|
29,4
|
33,1
|
1691,42
|
T
|
3233 x 10 lux
|
|
24
|
6Plg
|
16.00
|
33
|
32
|
28
|
32
|
1691,48
|
Tt
|
63 x 10 lux
|
|
25
|
7A
|
17.00
|
31,5
|
31
|
31
|
31
|
1691,40
|
Tt
|
894 x 10 lux
|
B.
Pembahasan
Dalam klimatologi banyak sekali
faktor-faktor yang memengaruhi perubahan cuaca maupun perubahan iklim. Salah
satu faktor yang paling mempengaruhi cuaca dan perubahan dari iklim adalah
intensitas cahaya matahari. Karena, Intensitas cahaya matahari dapat
mempengaruhi perbedaan suhu. Pada daerah yang terkena matahari sangat banyak
memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada daerah yang sedikit terkena sinar
matahari perbedaan suhu ini berakibat langsung kepada perbedaan tekanan. Pada
daerah dengan suhu tinggi memiliki tekanan udara yang rendah dan sebliknya pada
daerah dengan suhu rendah memiliki tekanan udara yang tinggi. Perbedaan tekanan
udara ini menyebabkan perbedaan kecepatan angin karena angin merupakan
perpindahan masa udara dari satu tempat ke tempat lain dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan
faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga terutama
intensitas cahaya. Faktor intensitas cahaya mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur
iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
Dari data yang didapat diatas, intensitas cahaya matahari
yang didapati dengan menggunakan alat solarimeter tertinggi adalah 3233 x 10
lux pada pengamatan jam 15.00 WIB yang didapati oleh hasil pengamatan dari
kelompok 5B. Seharusnya, suhu yang didapat adalah suhu tertinggi dalam
pengamatan satu hari ini. Tetapi suhu tertinggi yang didapat dalam pengamatan
adalah pada pukul 14.00 WIB yaitu suhu maksimum 35,5°
C dan suhu minimum 35° C, yaitu hasil pengamatan yang
didapat oleh kelompok 4A.
Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman
ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam
tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Peranan suhu erat kaitannya dengan
kehilangan lengas tanah, melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi.
Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman
akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau.
Berdasarkan pengamatan terhadap bagian alat pengukur lama penyinaran matahari,
dapat diketahui bahwa pengukuran lama penyinaran matahari dimulai dari jam
07.00 sampai jam 18.00, karena jangka waktu penyinaran matahari di hitung dalam
priode satu hari
Adanya saling keterkaitan antara iklim,
suhu, radiasi matahari memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan yang paling baik
dalam rangka pembangunan pertanian.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapati dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Faktor
yang paling mempengaruhi klimatologi adalah intensitas cahaya matahari.
2.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan
faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga terutama
intensitas cahaya
3.
Adanya saling keterkaitan antara iklim,
suhu, radiasi matahari memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
4.
Suhu
tertinggi didapati pada pukul 14.00 yaitu 35,5° C pada thermometer maksimum dan 35°
C pada thermometer minimum.
5.
Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman
ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam
tajuk tanaman, kandungan lengas tanah.
B.
Saran
Praktikan diharapkan untuk memahami dan mengetahui lebih
jauh lagi alat yang di gunakan dalam pengukuran curah hujan, suhu, kecepatan
angin, lama penyinaran dan kelembaban.Selain itu, alat yang di gunakan juga
harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Anonim, 2010. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari, Suhu
Udara dan Suhu Tanah. http://www.TP UNRAM.blogspot.com. Diakses pada tanggal
14 November
2010
Guslim.
2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Handoko. 1994.
Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan
unsur-unsur
iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Hanum, C. 2009.
Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi
Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Karim, K. 1985.
Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Diterbitkan dengan
Biaya Proyek
Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
Kartasapoetra,
A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman
Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan, B.
1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo
Persada,
Jakarta.
Pettersen, 2006. Kapita Selekta dalam
Agrometeorologi. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Sutiknjo, Tutut
D. 2005. Petunjuk Praktikum Klimatologi.
Fak. Pertanian
Universitas Kediri: Kediri.
Wisnubroto, S., 2006.Meteorologi
Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,
Jakarta.
Diakses tanggal 15 Mei 2013.
0 Comment:
Post a Comment