Teknik Perbanyakan Vegetatif Cara Stek

Posted by Unknown on 9:09 PM with No comments
I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mata kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung pemahaman terhadap teori yang diberikan dalam perkuliahan.
Berdasarkan caranya, perbanyakan vegetatif dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan. Pemilikhan cara perbanyakan ini sangat ditentukan oleh jenis tanaman, jenis bahan, dan juga tujuan perbanyakan. Perbanyakan vegetatif alami adalah perbanyakan dengan organ selain biji yang bentuknya sudah sempurna, yaitu anakan, umbi, koemus, rizom, apomixis, dan lain sebagainya. Perbanyakan vegetatif buatan adalah perbanyakan vegetatif yang dilakukan karena bahan tanam belum mempuyai perlengkapan untuk hidupnya lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu diinduksi organ-organnya agar terbentuk tanaman sempurna. Perbanyakan vegetatif buatan biasa dilakukan dengan cara stek, cangkok, okulasi, kultur jaringan, sambung pucuk, dan lain sebagainya.
Tanggal
Pengamatan ke-
Hidup
Mati
Deskripsi Tanaman
6 Mei 2013
1
-
-
Belum tumbuh
13 Mei 2013
2
-
-
Belum tumbuh
20 Mei 2013
3
3
1
Hidup tiga, mati satu

Perbanyakan vegetatif tanaman merupakan suatu perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ tanaman selain dari hasil persilangan antara gamet jantan dengan gamet betina. Bagian vegetatif yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman antara lain adalah batang,, cabang, ranting, mata tunas, akar cabang, atau juga anakan tanaman. Prinsip dari perbanyakan secara vegetatif adalah merangsang pertumbuhan tunas adventif pada organ non reproduksi agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan vegetatif pada tanaman dapat dilakukan karena setidaknya tanaman memiliki dua sifat dasar sel, totipotensi dan dediferensiasi. Totipotensi adalah di dalam sel-sel tanaman terdapat informasi genetik yang diperlukan untuk merekonstruksi kembali semua fungsi dan bagian-bagian tanaman. Dediferensiasi adalah kemampuan sel dewasa untuk kembali menjadi bersifat meristematik dan membentuk titik tumbuh baru. 
Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong disalah satu bagiannya.  Stek batang merupakan perbanyakan tanaman yang menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam memperbanyak tanaman secara vegetatif seperti cangkok dan stek, dikembangkan hormone yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman.

B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan salah satu cara perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman puring (Codiaeum variegatum Bi.) dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae (Tumbuhan),  Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh),  Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji, Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga, Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil, Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Euphorbiales,  Famili: Euphorbiaceae,  Genus: Codiaeum, Spesies: Codiaeum variegatum Bi. (Anonim, 2011)
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan sebagainya (Wudianto, 1991).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya. Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Jumin,1994).
 Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek akar, stek batang, stek daun, stek umbi (Wudianto, 1991).
Perkembangbiakan pada setiap tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif (Seputra, 1990).
Menurut Wudianto (1991), perbanyakan vegetatif dengan stek meliputi:
a.       Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil.
b.      Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp), tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c.       Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar pensil
d.      Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata. Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.
e.       Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang disebut vermikulit.
f.       Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root), dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk pembentukan akar tunas (Sugito, 1991).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Abidin, 1983).


III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum pengenalan Tanaman Agronomi ini dilaksanakan di laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pada hari senin tanggal 6 Mei 2013 pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.40 WIB.

B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum perbanyakan tanaman secara vegtatif ini adalah : 1. Gunting Stek, 2. Polybag, 3. Pisau, 4. Plastik Penutup, 5. Tali plastik
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : 1. Tanah, 2. Tanaman puring

C.    Cara kerja
Langkah kerja perbanyakan tanaman vegatif dengan cara stek yaitu sebagai berikut
1.     Siapkan peralatan yang terdiri dari gunting tanaman, pisau, plastik penutup, tali plastik, pot dan media tanam.
2.     Siapkan media tanam dengan campuran pasir, dengan humus bambu.
3.     Pilih batang puring yang sudah terlihat tua untuk dipotong. Cirinya cukup mudah perhatikan kulit bila sudah berwarna cokelat seperti kulit kayu berarti batang sudah siap di stek.
4.     Potong dengan menggunakan gunting tanaman yang sudah dibersihkan. Hindari pengunaan pisau sebab batang punya struktur yang keras dan mengandung kayu.
5.     Setelah terpisah jangan lupa untuk untuk menutup luka di pohon indukan dengan fungisida.
6.     Bila daun terlihat rimbun potong di bagian bawah dengan menyisakan sekitar 5-7 daun. Tujuannya untuk mengurangi penguapan yang harus di jaga selama proses stek.
7.     Ikat sisa daun mengarah keatas dan tutup dengan plastik untuk mengurangi penguapan.
8.     Rendam potongan bawah dalam larutan perangsang akar sekitar 15-20 menit.
9.     Masukkan dalam media tanam dengan urutan stylofoam/gabus bisa juga dengan menggunakan pecahan genting, selanjutnya masukkan pasir hingga setengah pot. Setelah itu masukkan potongan stek.
10.  Lapisan atas gunakan campuran pasir dengan humus bambu hingga penuh. Tekan media tanam hingga batang bisa berdiri tegak.
11.  Siram media tanam dengan menggunakan sisa air perangsang akar
12.  Tempatkan ditempat teduh.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Adapun hasil pengamatan praktikum perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu :


B.     pembahasan
Cara kerja stek maupun cangkok sebenarnya adalah menumbuhkan akar sebagai serapan nutrisi pada bagian yang diinginkan. Metode ini hampir semua tanaman yang mempunyai batang keras atau berkayu bisa melakukannya namun dengan karakter yang berbeda.
Metode stek merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan sebab tidak perlu persiapan yang panjang selain itu alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Tanda berhasilnya proses stek bisa dilihat dari kondisi daun selama satu hingga dua minggu. Bila terlihat tetap segar bahkan tumbuh tunas baru berarti stek berhasil dan tutup plastik bisa dilepas. Cara stek ini mempunyai kelebihan cepat dan mudah namun keberhasilan  proses ini masih mempunyai keberhasilan hingga 90%. Jadi masih ada kemungkinan 10 persen tidak berhasil.
Untuk meminimalkan kegagalan usahakan saat melakukan pemotongan stek dipastikan pohon dalam keadaan sehat. Selain itu batang juga harus sudah tua supaya pertumbuhan akar bisa maksimal. Yang tak kalah penting adalah untuk menjaga kelembaban dengan menempatkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam keberhasilan stek tanaman adalah:
1.      Kelembaban.
Matinya batang stek akibat pengeringan sebelum pengakaran, merupakan salah satu kegagalan yang sering terjadi dalam pembuatan stek. Tanpa akar yang terbentuk, setek mudah kekurangan air dan daun akan tetap bertranspirasi sehingga kehilangan air. Dalam prakteknya, daun dapat dipotong untuk mengurangi transpirasi. Penggunaan pengkabutan dalam lingkungan stek dapat mengatasi masalah ini, bahkan dalam keadaan itu stek dapat siberi cahaya, sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
2.      Suhu
Lingkunagn tempat stek berada harus diatur untuk mengurangi  transpirasi dan respirasi. Suhu siang 21- 27C dan suhu malam 16- 21C merupakan suhu optimum untuk pengakaran stek tanaman.
3.      Cahaya
Cahaya nampaknya menghambat pengakaran. Stek batang terna dan batang lunak secara tidak langsung resposif terhadap cahaya dalam peranannya dalam sintesis karbohidrat. Stek batang keras berakar lebih baik di tempat gelap. Perangsangan pengakaran juga dapat tercapai dengan pembungkusan batang agar ber-etiolasi.
4.      Media Penakaran.
Media pengakaran harus dapat memberikan kelembaban dan oksigen cukup dan harus bebas penyakit, tidak perlu media berisi nutrisi hara, sampai akar telah terbentuk. Medium dapat berpengaruh kepada persentase stek yang berakar dan tipe akar yang terbentuk. Berbagai campuran seperti tanah, pasir, gambut dan bahan-bahan anorganik seperti vermikulit dan perlit telah banyak digunakan. Perlit digunakan sendiri atau kombinasi dengan gambut cukup efektif karena sifat daya pegang airnya. Pasir/arang sekam atau air saja juga cukup memuaskan untuk stek yang mudah berakar.
Puring yang saat ini mulai diperhitungkan sebagai tanaman hias yang punya potensi dan penggemar yang luas ternyata mampu melakukan perbanyakan dengan mudah. Dari batang keras yang dimiliki, metode stek dan cangkok menjadi yang paling mudah untuk dilakukan. Selain punya waktu yang relatif singkat hasil perbanyakan juga 100 % sama dengan indukan. Tanaman hias dengan batang keras seperti halnya puring memang bisa tumbuh dengan mengandalkan penyerubukan alami. Namun butuh waktu yang cukup lama dan juga biji yang dihasilkan tidak bisa stabil kadang banyak dan sedikit. Dan yang utama hasil anakan dari biji punya kemungkinan besar tidak sama dengan indukan


V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah sebagai :
1.      Perbanyakan secara vegetatif dapat terjadi secara alami maupun buatan.
2.      Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok.
3.      Perbanyakan vegetatif jauh lebih baik karena sifat tanaman yang dihasilkan sama dengan induknya.
4.      Dari hasil praktikum Persentase tanaman yang hidup yaitu 75 %
5.      Perbanyakan secara vegetatif mempunyai kekurangan yaitu akar tanaman tidak sekokoh tanaman dari biji/benih

B.     Saran
Sebaiknya praktikan juga praktikum perbanyakan vegetatif lainnya dan sebaiknya bahan tanam diberi ZPT terdahulu untuk mempercepat petumbuhan tanaman.



VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Klasifikasi Tanaman Puring. www.Plantamor.com diakses pada tanggal 26 mei 2013 pada pukul 14.00 WIB

Abidin, Z. 1983. Dasar-dasar tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.

Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta.

Seputra, D. D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991.  Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek Rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.

Wudianto. Rini, 1991.  Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya.