Teknik Perbanyakan Jamur Entomopatogen di Media Padat Glucose Yeast Agar (GYA)
Posted by Unknown on 7:42 PM with 1 comment
Teknik Perbanyakan Jamur Entomopatogen di Media Padat Glucose Yeast Agar (GYA)
Sardianto*
*Mahasiswa Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Jl Raya Palembang-Prabumulih,
KM 32, Indralaya (OI) 30662, Indonesia
Sardianto@student.unsi.ac.id
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Musuh
alami adalah organisme hidup yang memangsa atau menumpang dalam atau pada hama
dan dianggap sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam. Musuh alami
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu predator, parasitoid, dan patogen. Predator atau pemangsa adalah binatang yang memangsa
hama, contohnya dari golongan mamalia, reptilian, Aves, Mollusca,
dan Insekta. Keberadaaan
serangga predator pemangsa di suatu ekosistem dapat mengendalikan populasi
serangga lain.
Pengendalian alamiah merupakan salah
satu unsur dalam pengelolaan hama dan pengendalian biologis merupakan taktik
yang dapat digunakan dalam perpaduan dengan taktik lain. Beberapa musuh alami
hama adalah jamur Beuveria
bassiana, Metarhizium anisopliae, Paecilomyces sp., Verticillium sp.,
dan Spicaria sp.. Jamur
ini adalah jamur patogen serangga (entomopatogen) yang sekarang dipergunakan
untuk mengendalikan serangga. Salah satu musuh alami hama adalah cendawan Beauveria
bassiana. Lebih dari 175 jenis serangga hama telah diketahui menjadi inang
cendawan B. bassiana dilaporkan efektif untuk mengendalikan
hama walang sangit ( Leptocorisa oratorius), dan wereng
batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi, serta
hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran dan dapat menginfeksi ulat grayak (Spodoptera
litura). Beauvaria bassiana merupakan jenis cendawan entomopatoge. Artinya,
cendawan ini dapat menimbulkan penyakit pada seranga sebagai bioinseptisida.
Cara cendawan beauvaria bassiana menginfeksi tubuh seranga di mulai dengan
kontak inang, lalu masuk kedalam tubuh inang dan berproduksi di dalam 1 atau
lebih jaringan inang.
Cendawan ini mengeluarkan racun beauvericin yang berkembang dan
menyerang seluruh jaringan tubuh serangga. Serangga yang terserang
beauvaria bassiana akan mati dengan tubuh seperti mumi dengan
miselia atau jamur menutupi tubuhnya sehingga menjadi berwarna putih.
Serangga yang telah terinfeksi akan mengkontaminasai lingkungan, baik
dengan cara mengeluarkan spora menembus kutikula maupun melalui fesenya yang
terkontaminasi. Infeksi ini biasanya juga menyerang serangga yang masi sehat.
Keberhasilan bioinsektisida ini di pengaruhi oleh suhu, kelembaban dan sinar matahari.
Pemanfaatan Beauveria bassiana sebagai musuh alami hama tanaman dapat
dilakukan dengan jalan memperbanyak jamur antagonis ini. Perbanyakan ini
dilakukan melalui proses isolasi jamur ini yang kemudian di re-isolasi dengan
tujuan mendapatkan biakan murninya agar pengaplikasiannya lebih efektif. Dengan
tujuan tersebut, untuk itu perlu dilakukan praktikum perbanyakan jamur
entomopatogen ini.
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan biakan murni jamur
entomopatogen yang lebih banyak dan peremajaan jamur entomopatogen.
II.
METODOLOGI
2.1. Tempat dan Waktu
Pelaksanan
praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fitopatologi, Fakultas Pertanian 24
Maret 2015 pukul 11:30 sampai dengan selesai.
2.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah 1) kamera, 2) pinset, 3) bunsen, 4) cawan
petri, 5) neraca analitik, 6) autoclave, 7) erlenmeyer dan 8) laminar air flow
dan 9) alat tulis.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah 1) 250 ml aquadest, 2) 5 gr agar, 3)
1,3 gr tepung tenebrio, 4) 1 gr yeast, 5) penicilin, 6) alkohol 70 % dan 8) 2,5
gr gula.
2.3. Cara Kerja
Adapun tahapan-tahapan
yang harus dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:
1.
masukan 250 ml aquadest, 5 gr agar, 2,5
gr gula, 1,3 gr tepung tenebrio dan 1 gr yeast ke dalam erlenmeyer,
2.
autoclavelah seluruh alat dan bahan
(cawan petri, pinset dan erlenmeyer yang berisi GYA),
3.
setelah di autoclave bawa alat dan bahan
ke LAF,
4.
kemudian bahan GYA dituang ke cawan
petri,
5.
tunggu GYA di cawan sampai mengeras,
lalu isolasi,
6.
re-isolasi jamur entomopatogen ke media
baru.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Adapun hasil yang
didapat setelah dilakukan pengamatan adalah sebagai berikut:
3.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum perbanyakan jamur entomopatogen
di media padat ini didapatkan jamur
Beauveria bassiana. Hal ini diketahui dengan ditemukannya jamur dengan
ciri-ciri warna putih. Jamur ini didapatkan setelah dilakukan inkubasi media
GYA selama 2 x 24 jam yang sebelumnya telah dire-isolasi dari media awalnya.
Pengamatan media GYA dilakukan 2 kali yaitu pada
tanggal 26 sampai 26 maret 2015 dengan peubah pengamatanyya adalah jenis
mikroba, warna mikroba, perkembangannya serta kondisi GYA apakah terkontaminasi
atau tidak. selama pengamatan berlangsung terlihat perubahan warna dan ukuran
dari jamur entomopatogen yang ada. Di hari pertama yaitu tanggal 26 maret 2015,
terlihat mikroba dengan ciri-ciri jamur, yaitu berhifa, tidak berlendir dan
bentuknya beraturan. Jamur tersebut memiliki ciri-ciri hifanya berwarna putih,
ukurannya masih kecil-kecil serta terpisa-pisah antara jamur yang satu dengan
yang lainnya. Selain jamur, pada media GYA juga ditemukan koloni bakteri ini
menandakan bahwa saat re-isolasi telah terjadi kontaminasi mikroba lainnya.
Ciri-ciri bakteri yang ditemukan adalah koloni tampak berlendir, tumbuh di
dekat jamur, warnanya tampak transfaran dengan bentuk yang tidak beraturan.
Di hari berikutnya yaitu tanggal 27 maret 2015,
terlihat perkembangan dari jamur yang tumbuh di media GYA. Ukuran jamur telah
membesar dan tampak menyatu antara jamur yang satu dengan yang lain. Jumlah
jamur yang tumbuh di media terus bertambah yang terlihat dengan tersebarnya
hifa-hifa jamur yang masih kecil terpencar. Bakteri yang tumbuh pada media pun
terus berkembang di sekitar jamur.
Pada praktikum perbanyakan jamur entomopatogen di
media padat kali ini telah terjadi kesalahan pada saat proses re-isolasi. Hal
tersebut dapat diketahui dengan tumbuhnya bakteri di media padat GYA yang di inkubasikan.
Kesalahan ini dapat terjadi karena beberapa sebab diantaranya yaitu saat
re-isolasi terlalu lama proses pembukaan media GYA, saat isolasi terlalu jauh
dari api bunsen, ataupun terlalu besar permukaan cawan yang dibuka saat
re-isolasi berlangsung.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1.
dari media gya diketahui bahwa jamur
entomopatogen yang tumbuh adalah jenis dari beauveria bassiana yang dicirikan
dengan hifanya berwarna putih,
2.
saat re-isolasi telah terjadi
kontaminasi mikroba lainnya yaitu jenis bakteri,
3.
kontaminasi dapat terjadi diantaranya
karena saat re-isolasi terlalu lama proses pembukaan media gya, saat isolasi
terlalu jauh dari api bunsen, ataupun terlalu besar permukaan cawan yang dibuka
saat re-isolasi berlangsung.
4.2. Saran
Proses isolasi maupun
re-isolasi mikroba yang dalam hal ini jamur entomopatogen haruslah steril dari
kontaminan mikroba lainnya agar efektifitas musuh alami ini bisa terjaga. Untuk
itu saat proses isolasi dan re-isolasi tersebut haruslah benar dan diperhatikan
agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi mikroba
yang tidak diharapkan.
1 Comment:
sardiantok sardiantok
Post a Comment